Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PSBB Transisi, Transportasi Umum Masih Sepi Penumpang

Kompas.com - 25/06/2020, 07:42 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Efek pandemi Covid-19 membuat hampir semua sektor bisnis babak belur, termasuk pada transportasi umum.

Meski ada kelonggaran di masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tapi belum ada peningkatan yang signifikan dari jumlah penumpang alias masih sepi.

Menurut Safruhan Sinungan, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, saat ini secara jumlah armada yang beroperasi untuk angkutan kota (Angkot) sudah lebih banyak. Tapi dari segi penumpang belum ada pertambahan.

Baca juga: Harga Gran Max Baru Tembus Rp 300 Juta dengan Fitur Mobil Mewah

"Saat PSBB bulan lalu yang beroperasi hanya delapan persen, sekarang menjadi sekitar 18 persen. Namun, ada pertambahan jumlah kendaraan tidak serta-merta karena adanya penumpang, kalau dilihat masih sepi juga. Poinnya jumlah kendaraan dan penumpang sekarang tidak seimbang," ujar Safruhan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Bus transjakarta melenggang di antara kemacetan di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Lembaga Pemantau Kemacetan Lalu Lintas TomTom memastikan Jakarta ada di posisi ke-10 kota termacet di dunia pada 2019 dengan indeks kemacetan 10 persen.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Bus transjakarta melenggang di antara kemacetan di Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Lembaga Pemantau Kemacetan Lalu Lintas TomTom memastikan Jakarta ada di posisi ke-10 kota termacet di dunia pada 2019 dengan indeks kemacetan 10 persen.

Menurut Safruhan, melihat dari statistiknya, peningkatan penumpang pada saat PSBB hingga memasuki status masa transisi saat ini, hanya sekitar 10 sampai 15 persen saja.

Peningkatan itu pun mayoritas hanya terjadi pada jam-jam sibuk, seperti pagi dan sore hari. Sementara untuk siang hari, cenderung landai, bahkan tak beda jauh dengan PSBB ketat di April hingga Mei lalu.

Penyebab sepinya penumpang, menurut Safruhan disebabkan banyak hal. Mulai karena masyarakat yang kini lebih memilih pakai kendaraan pribadi untuk beraktivitas, hingga belum dibukannya kembali semua sektor bisnis, seperti pusat perbelanjaan dan hiburan.

Baca juga: Nama Julukan Bus AKAP agar Dikenal dan Diingat

Menyikapi kondisi ini, Safruhan menilai perlu adanya peran pemerintah provinsi (Pemprov) untuk memberikan solusi. Salah satunya dengan memikirkan bagaimana ganjil genap bisa kembali diberlakukan, namun dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan.

Suasana kendaraan terjebak macet di Jl. Gatot Subroto dan Tol Cawang-Grogol di Jakarta Selatan, Senin (8/6/2020). Pada hari pertama  orang masuk kantoran dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, lalu lintas di sejumlah jalan di DKI Jakarta terpantau padat hingga terjadi kemacetan.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Suasana kendaraan terjebak macet di Jl. Gatot Subroto dan Tol Cawang-Grogol di Jakarta Selatan, Senin (8/6/2020). Pada hari pertama orang masuk kantoran dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, lalu lintas di sejumlah jalan di DKI Jakarta terpantau padat hingga terjadi kemacetan.

"Artinya ini kondisi memang sulit, tapi bagaimana pun kan perlu ada solusi. Ganjil genap tetap perlu diperhatikan kembali, tapi memang kondisi saat ini sama-sama disadari agak sulit karena ada kekhawatiran dari masyarakat, belum lagi semua aktivitas juga memang belum berjalan," ucap Safruhan.

"Untuk Organda, terutama yang menengah ke bawah pasti sangat berat sekali, kalau dilihat juga yang besar seperti Transjakarta saja masih belum signifikan, apalagi yang kecil," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com