Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Cipularang, Pemerintah Harus Perhatikan Sopir Truk

Kompas.com - 03/09/2019, 12:18 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sopir truk sering kali dijadikan kambing hitam atas kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Entah karena kemampuannya yang belum mumpuni atau lalai saat bertugas.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman, mengatakan, bahwa supir truk saat ini tidak ada regenerasi.

Kebanyakan dari supir truk sekarang yang berpengalaman dan memiliki skil baik adalah sopir senior dengan rentang usia 40 tahun sampai 50 tahun.

Baca juga: Aptrindo Keluhkan Sedikitnya Regenerasi Sopir Truk

Beberapa APM truk di Indonesia memang menawarkan pelatihan kepada perusahaan-perusahaan yang menjadi konsumennya.

Namun, pelatihan tersebut hanya untuk pengemudi yang sudah terampil, bukan mencetak pengemudi yang baru.

Mobil ringsek akibat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang Purwakarta, Senin (2/9/2019). 
Tribunjabar.id/Ery Chandra Mobil ringsek akibat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang Purwakarta, Senin (2/9/2019).

"Sedangkan, yang kita butuhkan ini cetak baru. Seharusnya, di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) ada jurusan mengemudi," ujar Kyatmaja, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Kyatmaja menambahkan, Aptrindo sudah melakukan pendekatan pada pemerintah. Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan serius.

Baca juga: Pengusaha Bus Tanggapi Kecelakaan di Tol Cipularang

"Kita sudah merancang dengan Kemendes, agar BUMDes membuka pelatihan dan penempatan. Tapi, sampai sekarang juga belum jalan," kata Kyatmaja.

Menurut Kyatmaja, sampai saat ini, instansi-instansi pemerintah itu belum efektif melakukan pencetakan, pelatihan, dan penempatan SDM.

Padahal, kalau langkah-langka yang sudah diajukan Aptrindo bisa dijalankan secara masif oleh pemerintah, maka kualitas supir truk di Indonesia juga bisa ditingkatkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau