Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Kurniawan
Jurnalis

Asisten Editor Otomotif Kompas.com

kolom

Keniscayaan Era Elektrifikasi di Indonesia

Kompas.com - 24/07/2019, 07:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tangerang, KOMPAS.com – Memperhatikan lantai pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di ICE, BSD, Tangerang, selama lima hari (18-21 Juli 2019), terasa industri ini mulai bergeser.

Entah karena asosiasi mendorong agar tiap merek menunjukkan teknologi elektrifikasi atau memang sudah ngebet untuk menawarkan model baru. Namun, keniscayaan elektrifikasi di Indonesia pelan-pelan mulai muncul.

Dari beberapa merek peserta pameran, sebut saja Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, DFSK, sampai BMW menampilkan beragam mobil elektrifikasi. Idiom ini tercipta dari kendaraan bermotor penumpang yang memanfaatkan teknologi listrik, baik sebagai penopang, penunjang, sampai penggerak utama.

Sederhananya, semua mobil elektrifikasi menggunakan baterai untuk menggerakkan motor elektrik, entah sebagai sistem penggerak utama atau penunjang mesin konvensional.

Baca juga: Tak Latah Hybrid, Honda Pilih Tunggu Regulasi Keluar

Ada yang menawarkan teknologi hybrid, plug-in hybrid vehicle (PHEV), sampai full electric (Battery electric vehicle/BEV). Semua merek dan model penggagas, beberapa bahkan mulai dijual bebas ke pasar Tanah Air. Menarik, karena merek-merek asing ini memasarkan mobil elektrifikasi tanpa landasan regulasi yang tercipta dari penguasa.

“Tanpa regulasi yang jelas, kami industri sulit menentukan bussiness plan. Elektrifikasi sangat tergantung dari regulasi pemerintah,” kata Bob Azam, Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, di Tangerang, Senin (22/7/2019).

Mitsubishi resmi masuk ke segmen kendaraan ramah lingkungan dengan memasarkan model baru, Outlander PHEV di GIIAS 2019.Gilang Satria/Kompas.com Mitsubishi resmi masuk ke segmen kendaraan ramah lingkungan dengan memasarkan model baru, Outlander PHEV di GIIAS 2019.

Tanpa Dukungan

Para pelaku industri sadar, era mobil elektrifikasi sulit bergerak jika tanpa ada dukungan dari pemerintah. Ini bicara soal harga jual. Teknologi yang mahal berbanding lurus dengan banderol mobil yang tinggi juga, berimbas ke minat konsumen. Padahal hasil yang ditawarkan jelas, mulai dari konsumsi BBM yang lebih irit 50 persen sampai bebas isi bensin (BEV).

Memang jika berkaca ke negara lain, pemerintahnya mendukung penuh pergerakan elektrifikasi dengan ragam insentif khusus. “Norwegia jadi negara yang paling maju perkembangan mobil elektrifikasi, hingga 50 persen terhadap total populasi mobil baru. China juga menawarkan insentif langsung, nilainya mencapai 10.000 dollar AS per unit mobil listrik,” kata Bob.

Baca juga: Outlander PHEV Meluncur Tanpa Tunggu Aba-aba Pemerintah

Naoya Nakamura, Presiden Direktur PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), mengaku sangat menantikan kemunculan regulasi soal elektrifikasi dari pemerintah. Meskipun belum tersedia, Mitsubishi tetap nekat memasarkan Outlander PHEV di Indonesia.

Mobil elektrifikasi yang masih menggunakan mesin bensin 2.400 cc, namun juga berfungsi sebagai generator yang menyalurkan tenaga listrik ke baterai. Baterai kemudian menyalurkan energinya ke empat motor elektrik di masing-masing roda, sehingga sport utility vehicle (SUV) ini masuk kategori berpenggerak empat roda (4-wheel drive/4WD), dengan beban Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang tinggi.

Detial interior mobil baru Mitsubishi Outlander PHEV di GIIAS 2019.Kompas.com/Setyo Adi Detial interior mobil baru Mitsubishi Outlander PHEV di GIIAS 2019.

Tetapi, untuk mencapai kecepatan tinggi, Outlander PHEV ini tetap bisa memanfaatkan tenaga dari mesin bensin konvensional dipadu motor elektrik. Juga, bisa berkendara tanpa bantuan mesin sama sekali, hanya asupan tenaga dari baterai. Jadi, memang canggih. Tapi, sekali lagi, mahal!

“Memang secara global arah pengembangan industri ke sana (elektrifikasi). Kami mulai dengan Outlander PHEV dan masih butuh dukungan pemerintah,” kata Nakamura.

Mitsubishi menjual Outlander PHEV dengan harga Rp 1,289 miliar sudah termasuk pajak. Entah ada atau tidak konsumen yang mau membeli mobil Jepang ini, karena meskipun canggih, setara dengan harga mobil premium Eropa. Biar bagaimanapun, merek masih jadi landasan mutlak konsumen Indonesia menentukan pembelian produk, termasuk mobil.

Baca juga: Harga Baterai Mitsubishi Outlander PHEV Bisa Beli 1 Xpander

Mobil listrik BMW i3s dipamerkan saat acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2019 di Indonesia Convention Exebition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019). BMW i3s hadir dengan motor listrik bertenaga 184 tk dengan torsi 270 Nm. Mobil baru ini dapat melesat dari diam hingga 100 kilometer per jam dalam waktu 6,9 detik.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Mobil listrik BMW i3s dipamerkan saat acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2019 di Indonesia Convention Exebition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2019). BMW i3s hadir dengan motor listrik bertenaga 184 tk dengan torsi 270 Nm. Mobil baru ini dapat melesat dari diam hingga 100 kilometer per jam dalam waktu 6,9 detik.

BEV Pertama

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau