Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Kurniawan
Jurnalis

Asisten Editor Otomotif Kompas.com

kolom

Keniscayaan Era Elektrifikasi di Indonesia

Kompas.com - 24/07/2019, 07:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Toyota juga sudah mengumumkan akan masuk ke segmen mobil elektrifikasi mulai 2022 mendatang. Jangan kaget kalau nanti model produksi MPV hybrid yang dipasarkan mengacu pada konsep Hyfun yang bisa disaksikan langsung di GIIAS 2019.

Mengapa hybrid?

Toyota percaya kalau teknologi hybrid merupakan jawaban paling tepat untuk kondisi Indonesia saat ini. Indonesia lagi butuh obat mujarab untuk mengurangi defisit anggaran berjalan yang dipicu oleh impor bahan bakar minyak (BBM). Meski bukan yang paling irit, tapi hybrid menawarkan kepraktisan ketimbang teknologi lain, seperti PHEV atau BEV.

Faktor lain yang utama mengapa Toyota memilih hybrid, adalah sudah menguasai teknologi ini sejak era 1990-an. Juga, mobil hybrid tidak butuh baterai berkapasitas besar yang jelimet, tapi bisa mengurangi konsumsi BBM sampai 50 persen. Hybrid juga memungkinkan teknologi jadul, mesin pembakaran dalam (internal combustion engine/ICE) tetap digunakan.

Biar bagaimanapun, industri otomotif itu dasarnya bisnis. Jadi, kalau tidak menguntungkan tidak bakal jalan! Apalagi kalau sudah investasi triliunan rupiah buat mesin lantas ditinggal begitu saja beralih ke motor elektrik (BEV), tentu menjadi kerugian besar buat perusahaan.

Baca juga: Hasil Riset PTN Sebut Hybrid dan PHEV Ideal untuk Indonesia

Selain itu, mobil elektrifikasi itu sangat bergantung pada penggunaan baterai. Baterai yang lebih besar selaras dengan banderol mobil yang lebih mahal. Baterai lithium yang diandalkan mobil-mobil elektrifikasi bakal menjadi komoditas baru di pasar perdagangan internasional.

Alasan ini juga yang membuat pemerintah Indonesia begitu gencar mendorong pembangunan smelter Nikel dan Kobalt di Morowali, Sulawesi Tengah. Kedua komoditas ini adalah bahan baku utama untuk memproduksi baterai. Jadi, mulai terasa benang merahnya kan?

Jangan lupa juga, boleh dibilang Daihatsu memang jadi kuncian Toyota di Indonesia. Jago memproduksi mobil-mobil murah, digemari konsumen Indonesia, sudah gitu bisa dijual juga pake emblem Toyota. Jadi cuan yang masuk bisa lebih banyak lagi. Mau bukti?

Avanza-Xenia, Rush-Terios, Agya-Ayla, dan Calya-Sigra. Semuanya produk buatan Daihatsu dan laris dijual Toyota. Sebegitu sakti kempuan strategi pemasaran Toyota di Indonesia, membuat mobil-mobil buatan Daihatsu lebih mahal, prestisius di mata konsumen. Bahkan, mampu menjadi penopang utama penjualan Toyota di Indonesia.

Baca juga: JK Bicara Soal Regulasi LCEV di GIIAS 2019

Mitsubishi Motors Corportion (MMC) menghibahkan 10 unit kendaraan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vechile (LCEV) kepada pemerintah Republik Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin, (26/2/2018).KOMPAS.com/ PRAMDIA ARHANDO JULIANTO Mitsubishi Motors Corportion (MMC) menghibahkan 10 unit kendaraan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vechile (LCEV) kepada pemerintah Republik Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin, (26/2/2018).

Era Elektrifikasi Dimulai

Tiga produk mobil elektrifikasi ini menjadi bukti kalau era industri otomotif di Indonesia mulai bergeser. Mitsubishi dengan Outlander PHEV, BMW i3s, dan konsep MPV hybrid Daihatsu Hyfun.

Suka atau tidak, siap atau enggak, era elektrifikasi sudah dimulai pelaku industri otomotif di Indonesia. GIIAS 2019 jadi lokasi terwujudnya pergeseran ini.

Lantas, bagaimana nasib para merek-merek otomotif lokal yang sempat mendengungkan hanya lewat mobil listrik (BEV), Indonesia bisa bersaing dengan prinsipal asing? Bangkai mobil sport listrik Tuxuci besutan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, saat ini masih teronggok di Museum Angkut, Malang, Jawa Timur, seolah jadi saksi bisu.

Jangan lupakan peribahasa klasik, “Ibarat tikus yang mati di lumbung padi.” Semoga era elektrifikasi ini berpengaruh positif terhadap industri otomotif di Indonesia, bukan cuma buat merek asing, tetapi juga akan lahir primadona-primadona lokal yang cemerlang. Semoga!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com