Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Satu Arah Saat Mudik Tuai Polemik Pengusaha Otobus

Kompas.com - 15/05/2019, 03:02 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Langkah pemerintah melancarkan arus mudik dengan kebijakan satu arah atau one way di Tol Cikarang Utama sampai Brebes Barat, memicu dampak buruk bagi para pengusaha otobus (PO). Dengan penerapan satu arah saat puncak arus mudik, otomatis membuat bus dari arah Jawa atau Timur tidak bisa masuk ke Jakarta via tol.

Padahal, bus-bus tersebut datang untuk menjemput penumpang di terminal yang juga akan berangkat mudik ke kampung halaman, mengingat pada tanggal 30 Mei hingga 2 Juni 2019 merupakan masa-masa puncak arus mudik.

Pengurus Pusat Ikatan Pengusahan Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Anthony Steven Hambali, mengatakan langkap pemerintah memutuskan one way saat mudik merupakan langkah sepihak tanpa memikirkan bagaimana akses untuk transportasi umum.

Baca juga: Waspada, Arus Mudik Sistem Satu Arah Rawan Kecelakaan

"Kalau ditutup tanpa dikasih satu ruas untuk bus pelat kuning atau transportasi umum melintas, bagaimana armada kami bisa menjemput masyarakat yang mau naik. Padahal, mayoritas bus antar kota antar provinsi (AKAP) yang arah ke Jawa itu berada di luar Jakarta, otomatis kami tidak bisa tepat waktu menjemput mereka kalau harus melintasi arteri," kata Anthony yang juga pemilik dari PO Sumber Alam, kepada Kompas.com, Selasa (14/5/2019).

Lebih lanjut Anthony menjelaskan, bila skema satu arah di jalan tol menunjukan bahwa pemerintah lebih berorientasi pada kendaraan pribadi. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan wacana-wacana pemerintah yang ingin mendorong masyarakat agar beralih ke transportasi umum.

Sejumlah kendaraan melintasi ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek arah Cikampek, di kawasan Bekasi Timur, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (19/4/2019). Kepala Departemen Komunikasi Jasa Marga mengatakan telah menyiapkan rencana sejumlah antisipasi kepadatan kendaraan di Tol Jakarta-Cikampek dalam menghadapi arus mudik 2019, salah satunya yakni mendorong pengendara mengunjungi destinasi wisata dan kuliner di sepanjang keluar Tol Trans Jawa. ANTARA FOTO/Risky Andrianto/hp.ANTARA FOTO/Risky Andrianto Sejumlah kendaraan melintasi ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek arah Cikampek, di kawasan Bekasi Timur, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (19/4/2019). Kepala Departemen Komunikasi Jasa Marga mengatakan telah menyiapkan rencana sejumlah antisipasi kepadatan kendaraan di Tol Jakarta-Cikampek dalam menghadapi arus mudik 2019, salah satunya yakni mendorong pengendara mengunjungi destinasi wisata dan kuliner di sepanjang keluar Tol Trans Jawa. ANTARA FOTO/Risky Andrianto/hp.

Tidak hanya soal kerugian waktu bagi penumpang dan pengusaha bus, namun dengan mendorong masyarakat menggunakan kendaran pribadi melalui kebijakan satu arah, artinya sama saja memindahkan kemacetan di Ibu Kota ke daerah-daerah tujuan. Belum lagi tidak adanya perhitungan pemerintah bila ada pula masyarakat di Jawa yang mudik justru lawan arah seperti ke Lampung atau beberapa kota lain di Sumatera.

Baca juga: Resmi, Mudik Lebaran Kemenhub Terapkan Satu Arah Sampai Brebes

"Sama saja kebijakan tersebut lebih mengakomodir pengguna kendaraan pribadi dari pada transportasi umum. Harusnya diberikan win-win solution seperti memberikan satu ruas contraflow untuk pelat kuning atau penerapan satu arah tidak berlaku 24 jam, melainkan hanya situasional saja," kata Anthony.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau