Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Radityo Wicaksono
Master of Engineering, Pencinta F1 dan Penggiat Blog

Full time Aircraft Performance Engineer di Garuda Indonesia & Part-time kolumnis dan narasumber Motorsport (Formula 1, Formula 2 dan Formula E)
Magister Teknik Mesin (INSA Strasbourg, Perancis) & Magister Manajemen (Universitas Pelita Harapan)

kolom

Cerita di Balik Tim F1 Legendaris yang Pernah Berjaya

Kompas.com - 09/05/2019, 11:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam pertarungan untuk menjadi best of the rest setelah Mercedes, Ferrari dan Red Bull, Williams masih kalah jauh dari Force India dan mereka hanya mampu bertahan di posisi ke-5 di klasemen, berkat konsistensi dari Felipe Massa, yang akhirnya memutuskan untuk pensiun di akhir musim 2017, yang digantikan oleh pembalap asal Rusia, Sergey Sirotkin di musim 2018, yang membawa sponsor dan budget dari Rusia.

Musim 2018, struktur organisasi Williams mulai tidak efektif dan berpengaruh besar ke performa tim secara keseluruhan. Paddy Lowe, yang bertanggung jawab atas performa mobil, tidak mampu memimpin tim dengan maksimal.

Arah desain mobil akan dibawa kemana tidak jelas karena struktur internal Williams yang tidak optimal, terutama setelah hengkang tokoh-tokoh penting tim Williams. Alhasil, desain basis mobil FW41 mempunyai masalah aerodinamika basik yang sangat dalam, dan sulit untuk diperbaiki sepanjang berjalannya musim balapan, sehingga 2018 merupakan musim terburuk dalam sejarah.

Baca juga: F1: Mengapa Kita Kalah dari Vietnam?

Persiapan musim 2019 juga jauh dari ideal untuk Williams. Mulai dari hengkangnya salah satu investor terbesar, Lawrence Stroll untuk membantu Racing Point (ex Force India) setelah ada kabar Williams diincar oleh investor lain dari Rusia, Dmitry Mazepin, yang tidak lain adalah ayah dari pebalap F2 Nikita Mazepin, yang kabarnya ingin membeli Williams.

Kekecewaan musim 2018 juga berakhir dengan hengkangnya Paddy Lowe dari jabatannya sebagai Technical Director, dan juga Rob Smedley dari Williams. Tentunya keduanya sangat sulit untuk digantikan karena mereka mempunyai pengalaman yang luar biasa di cabang olahraga ini.

Dampaknya cukup cepat terlihat, terutama dalam persiapan untuk musim ini, produksi mobil 2019 mengalami keterlambatan sehingga mereka telat tampil di uji coba pra-musim di Barcelona. Segi performa, mobil FW42 terpaut jauh dari kompetitor terdekatnya, dan selalu menduduki dua posisi terakhir pada saat kualifikasi (kecuali apabila tim lain mengalami masalah atau mendapat penalti).

Kondisi Williams saat ini sangat memprihatinkan, mengingat apa yang sudah pernah dicapai oleh tim ini di era 1980 hingga akhir 1990. Memang di F1, tidak hanya dana yang dibutuhkan, namun juga pengalaman, dan struktur internal tim yang efektif sangat penting agar arah yang dituju oleh tim sebagai sebuah kesatuan itu jelas.

Penggemar F1 juga pastinya sangat sedih melihat kondisi Williams F1 team saat ini, terutama dengan kembalinya pebalap sekelas Robert Kubica yang dipasangkan oleh pebalap muda yang menjanjikan, George Russel. Kedua pebalap itu pantas untuk balapan dengan mobil yang jauh lebih layak dari pada FW42.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau