Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Radityo Wicaksono
Master of Engineering, Pencinta F1 dan Penggiat Blog

Full time Aircraft Performance Engineer di Garuda Indonesia & Part-time kolumnis dan narasumber Motorsport (Formula 1, Formula 2 dan Formula E)
Magister Teknik Mesin (INSA Strasbourg, Perancis) & Magister Manajemen (Universitas Pelita Harapan)

kolom

Cerita di Balik Tim F1 Legendaris yang Pernah Berjaya

Kompas.com - 09/05/2019, 11:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Usai ditinggal oleh pendiri tim, Williams juga tidak memiliki dana yang cukup untuk bisa bersaing dengan tim besar menciptakan mobil dengan baseline yang baik, serta tetap mengembangkannya sepanjang musim.

Meski mendapatkan dukungan yang signifikan dari PDVSA, yaitu perusahaan minyak asal Venezuela yang menjadi sponsor Pastor Maldonado.

Baca juga: Ini Perbedaan F1 dan Balapan GT Menurut Rio Haryanto

Masukl musim 2013, line-up pebalap, yaitu Pastor Maldonado dan Valtteri Bottas bisa dibilang kurang cukup pengalaman, khususnya untuk membantu insinyur untuk memberikan masukan dan arahan untuk mengembangkan mobil.

Alhasil, secara keseluruhan tim yang berbasis di Grove ini hanya berhasil mencetak lima poin, dan menempati posisi ke sembilan di kejuaraan konstruktor.

Musim 2014 merupakan era baru F1, yaitu era hybrid. Williams berhasil memanfaatkan perubahan regulasi ini dengan sangat baik. Berkat peran Toto Wolff dengan Williams, mereka menanda tangani kontrak untuk menggunakan Power unit Mercedes, yang jauh unggul dari segi performa dan reliability.

Selain itu, dengan bergabungnya Felipe Massa, pebalap veteran F1 yang hengkang dari Ferrari, dan Race Engineer andalannya, Rob Smedley, sebagai Head of Performance Engineering, dan direkrutnya designer F1 ternama, Pat Symonds, Williams di musim 2014 hingga 2016 mampu memanfaatkan dengan maksimal resource yang mereka miliki untuk masih bertanding dengan tim-tim papan atas dan tengah.

Bahkan di musim 2014, Williams mampu mencatat 1 pole position di Austria dengan Felipe Massa, dan 9 podium finish. Musim yang sangat sukses ini diakhiri dengan raihan posisi ke-3 di kejuaraan konstruktor, didepan Scuderia Ferrari.

Titik Buruk

Masuk 2015 merupakan tahun terberat buat William, terutama dari sisi dana yang terus menurun menjadikan performa tim tersebut menjadi menurun. Meskipun mampu mencatat 4 podium finis, Williams masih terbantu oleh kehadiran Felipe Massa di tim, yang menggunakan pengalaman membalap di F1 selama 15 tahun untuk membantu timnya tetap bertahan di papan menengah keatas di Formula 1.

Williams pun mampu mempertahankan posisi ke-3 di kejuaraan konstruktor, dan mengalahkan tim kuat seperti Red Bull di musim tersebut. Kompetisi di papan tengah pun mulai menjadi lebih sengit lagi di 2016. Force India, dengan budget yang tidak besar mampu memaksimalkan performa mobilnya, dan meraih posisi 4 di kejuaraan konstruktor.

Infografis William Racingdok.Radityo Wicaksono Infografis William Racing

Raihan poin Williams pun merosot drastis, dan pada akhirnya tidak lagi dapat mempertahankan posisi ke-3 di kejuaraan konstruktor dan merosot ke posisi ke-5.

Tahun selanjutnya, insinyur yang memiliki peran besar dalam revitalisasi Williams dari musim 2014, Pat Symonds, keluar dari Williams karena kontraknya tidak diperpanjang untuk musim-musim selanjutnya. Sementara untuk menggantikan peran Pat Symonds, Williams membajak Paddy Lowe dari Mercedes untuk menjadi Technical Director sekaligus pemegang saham dari Williams Grand Prix Engineering.

Selain Pat Symonds, Valtteri Bottas juga hengkang ke Mercedes untuk menggantikan sang juara dunia 2016 Nico Rosberg. Bisa dikatakan karir Valtteri Bottas di Williams sangat cemerlang, dan tentunya tidak mudah bagi Williams untuk mendapatkan pembalap pengganti sekelas Valtteri Bottas.

Akhirnya diputuskan untuk mengikuti tren tim papan tengah F1 untuk menjual kursi kedua itu, direkrutlah Lance Stroll, putra dari pengusaha asal Kanada, Lawrence Stroll. Lance mempunyai reputasi yang cukup baik sebagai pembalap di kategori lebih rendah, setelah mendominasi kejuaraan FIA F3 European Championship di musim sebelumnya.

Namun predikat pay driver tidak akan lepas dari pebalap yang saat itu baru 18 tahun. Sebab hengkangnya Valtteri Bottas ke Mercedes dan karena Lance Stroll tidak mempunyai pengalaman sedikitpun untuk membantu mengembangkan mobil F1, Williams memutuskan untuk memperpanjang kontrak Felipe Massa, yang awalnya sudah bersiap-siap hengkang dari F1 diakhir musim 2016.

Felipe Massa kuasai tes pramusim kedua F1crash.net Felipe Massa kuasai tes pramusim kedua F1

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau