Keliling Dunia Naik Mobil, Ini Biaya Minimalnya

Jakarta, KOMPAS.com - Hartawan "Hauwke" Setjodiningrat merupakan pecinta otomotif asal Indonesia yang sudah tiga tahun terakhir berkeliling dunia dengan mobil. Memulai perjalanan bersama tiga rekannya dari Port Kelang, Malaysia pada pertengahan 2014, hingga akhir 2017 lalu, tercatat sudah ada sekitar 60 negara yang disinggahi Hauwke dan kawan-kawan. Titik pemberhentian sementara terakhir berada di Hamburg, Jerman.

Saat disinggung mengenai biaya, Hauwke mengaku total ongkos yang sudah dihabiskannya selama tiga tahun terakhir mencapai Rp 1,5 miliar. Untuk biaya perjalanan keliling 60 negara, Hauwke menyebut angka tersebut sudah sangat minim.

"Semuanya jika ditotal sekitar Rp 1,5 miliar," kata Hauwke saat ditemui di rumahnya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Senin (12/3/2018).

Menurut Hauwke, dirinya memang berusaha menekan biaya perjalanan seminimal mungkin. Contohnya untuk penginapan, ia tidak mau mengeluarkan biaya lebih dari 20 dollar Amerika Serikat untuk satu malam. Karena itu, tak jarang Hauwke lebih memilih menumpang menginap di salah satu rumah warga di daerah yang dilewatinya.

Kompas.com/Alsadad Rudi Toyota Land Cruiser VX, tipe mobil inilah yang digunakan Hartawan Hauwke Setjodiningrat dan rekan-rekannya untuk berkeliling dunia.

Selain itu, untuk kendaraan, dirinya sengaja memilih Toyota Land Cruiser VX tahun 1995. Menurut Hauwke, Land Cruiser VX merupakan salah satu kendaraan yang banyak digunakan di seluruh dunia sehingga suku cadangnya mudah dicari. Land Cruiser VX juga tergolong mobil solar jenis lama yang dianggap Hauwke tidak rewel soal bahan bakar.

Atas dasar itulah, Hauwke ingin mengajak sebanyak mungkin pecinta otomotif Indonesia untuk mengikuti jejaknya, terutama yang hobi turing. Menurut Hauwke, asal ada keinginan dan tekad, berkeliling dunia dengan mobil bukan merupakan hal yang sulit.

"Kita harus keluar dari comfort zone. Makanya saya pilih untuk pergi keliling dunia dengan bawa mobil bernomor polisi Indonesia. Selama perjalanan juga jangan khawatir. Asalkan kita bisa memprioritaskan 'what we need' daripada 'what we want', semuanya pasti bisa," ujar pria kelahiran 1955 ini.