Setahun kemudian (2013), Suzuki mulai berlari mendongkrak penjualan Ertiga hingga 63.318 unit. Tapi, lewat strategi meredam, Toyota mengguyur pasar dengan menjual 213.458 unit Avanza. Setelah itu, penjualan Ertiga mulai melandai pada tahun-tahun berikutnya, meski mampu bertahan di level 30.000-40.000 unit per tahun sampai saat ini.
Tetapi, Ertiga mampu menggoyang dominasi sang saudara kembar, Daihatsu Xenia. Pada tahun yang sama, penjualan antara Ertiga dan Xenia terpaut tipis, Daihatsu mencatatkan penjualan 64.611 unit. Bahkan, pada 2014, Ertiga mampu menggeser Xenia dari peringkat mobil terlaris kedua di Indonesia, dengan torehan 47.015 unit, sedangkan Daihatsu 46.710 unit.
Pada 2012, Nissan juga mencoba peruntungan lewat strategi tipikal mereka. Memboyong model global dan dipasarkan ke Indonesia dan berharap produk itu bisa diterima dengan baik. Nissan mengandalkan NV200, kendaraan niaga, kebanyakan digunakan dalam versi blind-van di Eropa, dan masih menggunakan per daun (leaf spring), untuk terjun masuk ke pasar LMPV.
Nissan memilih nama Evalia dan mencoba memberikan sentuhan kosmetik kepada mobil ini, berharap konsumen di Indonesia bisa tertarik. Hasilnya, fakta data yang berbicara. Tahun pertama pemasarannya (2012), Evalia terjual 10.691 unit. Namun, tahun berikutnya (2013) langsung anjlok, tinggal 5.934 unit, makin menyusut jadi 2.945 unit (2014), sampai sekarang tinggal ratusan unit saja, bahkan nyaris tak terdengar kabarnya.
MPV Pembunuh Kedua
Tantangan Berlanjut, kali ini datang dari Amerika Serikat, General Motors (GM), lewat merek Chevrolet. Tak tanggung-tanggung, GM bahkan mau berspekulasi menyuntikan dana 150 juta dollar AS untuk menghidupkan kembali pabrik lamanya yang mati suri di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, berkapasitas 40.000 unit per tahun.
Revitalisasi GM di Indonesia benar-benar berlangsung masif. Selain merekrut pekerja baru untuk mengisi lini produksi di pabrik, perusahaan juga membajak beberapa nama eksekutif dari merek lain. Berharap ada penyegaran strategi pemasaran lewat jagoan baru, Spin. Sentimen GM sebagai produsen mobil terbesar AS memang besar terhadap Toyota dan rivalitas kedua prinsipal memang sudah terjadi bahkan di skala global, saling berebut, mengklaim sebagai produsen otomotif terbesar di dunia.
Masalahnya, Toyota berkuasa penuh di pasar Asia Tenggara, terutama Indonesia. GM tak mau kehilangan kesempatan begitu saja dan mencoba menantang. Model baru disiapkan, Spin, diklaim sudah melakukan riset mendalam sesuai kebutuhan konsumen Indonesia. Lagi-lagi, Chevrolet Spin, didapuk sebagai “MPV Sejuta Umat Pembunuh Avanza” dari Amerika mulai dipasarkan sejak 2013.
Pada tahun pertamanya, Chevrolet Spin memulai dengan langkah pelan, terjual Cuma 10.941 unit. Bukannya naik pada tahun selanjutnya, penjualan justru turun ke level 7.475 unit pada 2014, lebih parah ke 3.552 unit (2015), sampai akhirnya terjadi pengumuman mengejutkan disampaikan oleh pihak prinsipal.
Dibalut kondisi krisis global yang terjadi, GM mengumumkan akan menghentikan operasional pabrik di Indonesia yang baru berusia tiga tahun, pascarevitalisasi. Chevrolet yang semula bertatus sebagai pemanufaktur, beralih fungsi jadi importir dan mengandalkan pasokan model dari pabrik GM di Korea Selatan. Praktis, produksi Spin juga dihentikan dan tidak ada kabar kelanjutannya sampai saat ini.
MPV Pembunuh Ketiga
Pada akhir 2013, pemerintah Indonesia juga menelurkan program baru, Kendaraan Hemat Bahan Bakar dan Harga Terjangkau (KBH2) atau lebih dikenal dengan julukan “mobil murah”. Program ini merupakan bentuk saingan dari proyek, “Eco Car” yang digulirkan oleh pemerintah Thailand. Dari proyek itu, lahir beberapa model yang diimpor ke Indonesia, antara lain Honda Brio, Nissan March, dan Mitsubishi Mirage.
Program ini ada kaitannya dengan sang “MPV Sejuta Umat Pembunuh” ketiga dari Honda, yakni Mobilio. Honda mulai memasarkan Brio ke Indonesia sejak 2012, sambil mengembangkan produk LMPV baru menggunakan platform yang sama. Setelah dua tahun riset, akhirnya Honda meluncurkan Mobilio.
Banyak orang mengatakan tantangan yang Toyota Avanza terima, kali ini setimpal, mengingat citra merek Honda yang kuat di benak konsumen Indonesia. Meski begitu, sebagai pemain baru, Honda tentu wajib menciptakan ramuan yang tepat, karena selain membidik Avanza, juga harus bersaing dengan Ertiga dan Xenia yang sudah terlanjur ada di pasar.
Benar saja, pada tahun perdana (2014) kemunculannya di pasar, Honda Mobilio langsung mampu menggeser Daihatsu Xenia dan Suzuki Ertiga dari takhta segmen LMPV di Indonesia. Honda mampu menjual 79.288 unit Mobilio, sedangkan Ertiga terjual 47.015 unit, dan Xenia 46.710 unit. Lantas bagaimana Avanza, masih melenggang dengan torehan mantap, dengan penjualan 162.070 unit.