Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gesits Itu Benih “Nasionalisme” Otomotif Indonesia

Kompas.com - 21/03/2017, 07:42 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Semangat cinta produk dalam negeri yang gaungnya mulai luntur, cukup menghawatirkan. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin kepercayaan diri masyarakat untuk berinovasi bakal hilang, salah satunya di sektor otomotif.

Ini yang coba untuk ditumbuhkan lagi oleh koalisi anak negeri, Garansindo Group dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan beberapa pihak lainnya, melalui proyek skuter listrik Gesits. Ini seperti yang disampaikan Muhammad Nur, Kepala Proyek Gesits dan Harun Sjech, Chief Sales Officer Garansindo Group.

“Kami ingin industri otomotif Indonesia itu berkembang, hidup, punya merek sendiri, memiliki pabrik, dengan kegiatan riset yang dijalankan sendiri,” kata keduanya saat dijumpai pada Forum Inovasi Industri Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, Senin (20/3/2017).

Baca juga : Pengisian Baterai Gesits seperti Beli Elpiji 3 Kg

Harun melanjutkan, bukan tidak mungkin produk Gesits yang nantinya bakal disebar ke pasar, akan mambangun kesadaran nasionalisme. Lebih lagi jika produk yang dihasilkan bagus, dan otomatis rasa itu akan tumbuh, dan masyarakat akan berpikir lagi kalau Indonesia ternyata mampu.

“Tentu saja, kami juga membangun dan memulainya dengan benar, dan menggandeng engineer muda Indonesia, Perguruan Tinggi, tidak membuat produk dari luar, dan melakukan semua risetnya sendiri. Kalau tidak dimulai dan membuktikannya, akan sulit,” ujar  Harun.

Pasalnya, jika ingin memiliki produk sendiri dengan teknologi mesin konvensional bisa dibilang sudah tidak mungkin, karena Indonesia sudah tertinggal puluhan tahun. Namun untuk kendaraan listrik, seluruh dunia baru saja memulainya, termasuk Indonesia salah satunya.

Belajar dari Korea Selatan

Nur menambahkan, kalau Indonesia bisa belajar dari dukungan masyarakat Korea Selatan, terhadap merek mobil dalam negeri mereka Hyundai. Kekuatan itu yang sebenarnya bakal ditakuti oleh merek asing.

“Mereka (merek asing) bukan khawatir akan produk, tapi ideologi nasionalis, ditambah lagi dengan adanya sebuah kesadaran, kalau kita (Indonesia) bisa buat produk dan bagus, serta didukung masyarakat. Itu yang bahaya, karena efeknya akan banyak. Kita bisa belajar dari Korea seperti itu,” ucap Nur.

Nur menuturkan, keberhasilan Korsel memiliki Hyundai, diawali keinginan untuk memiliki produk sendiri. Kisah ini diapatinya langsung sewaktu berkunjung ke sana, dan bertemu dengan pihak dari Korea Automotive Technology Institute.

“Diceritakan, kalau Hyundai pertama kali muncul tidak langsung jadi. Puluhan bahkan ratusan produknya meledak di jalanan, tapi orang Korsel tidak pernah komplain, karena mereka yakin kalau suatu saat semua akan menjadi lebih baik,” ucap Nur.

“Selain masyarakat, dukungan juga diberikan oleh pemerintahnya, untuk bisa benar-benar memajukan Industri otomotif dalam negeri dan masyarakat,” kata Nur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com