Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selisik Skema Produksi Toyota C-HR di Indonesia dan Thailand

Kompas.com - 19/01/2017, 09:02 WIB


Jakarta, KompasOtomotif
– Kemunculan model konsep Toyota C-HR pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), Agustus 2016, diklaim mendapat animo besar dari calon konsumen. Lantas, muncul spekulasi rencana produksi lokal model global crossover atau low sport utility vehicle ini di Indonesia.

Rumor ini sangat wajar jika muncul, pasalnya pasar kendaraan jenis crossover atau LSUV lagi menggeliat di Indonesia. Data wholesale Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, periode Januari-November 2016, total pasar segmen ini tercatat 108.253 unit. Melesat 60,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, 67.520 unit.

Manisnya segmen ini juga membuat model-model baru bermunculan, sebut saja Honda yang menjejalkan dua model sekaligus, BR-V dan HR-V. Juga masih ada model lain, seperti Nissan Juke, Chevrolet Trax, Ford Ecosport, termasuk dua model veteran, Toyota Rush, dan Daihatsu Terios.

Kesempatan untuk mendulang lonjakan penjualan praktis hadir pada segmen-segmen baru seperti LSUV (crossover). Juga ada segmen baru low cost and green car (LCGC) berkedok kendaraan multi guna tujuh penumpang, tetapi tak semua merek ikut skema program buatan pemerintah ini.

Merakit Lokal

Opsi mendorong C-HR jadi salah satu model baru yang bakal diproduksi oleh Toyota Indonesia memang terbuka luas. Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono, mengatakan, ada batas minimum produksi yang wajib dipenuhi untuk suatu model dirakit di Indonesia.   

“Minimal 1.000 unit lah (per bulan) baru visibel. Volume ini menyangkut pada rantai produksi yang harus disiapkan.  Para supplier kan butuh investasi untuk itu volume minimum penting dipenuhi,” kata Warih kepada KompasOtomotif di Jakarta, Rabu (18/1/2017).

Jika alasan minimal produksi ini menjadi landasan, artinya potensi pasar yang tercatat 108.253 unit dalam 11 bulan awal pada 2016 sudah terpenuhi. Jika dirata-rata, total pasar segmen LSUV di Indonesia, adalah 9.800-an unit per bulan.

Tentu merek sebesar Toyota akan cukup mudah menjual 1.000 unit per bulan di Indonesia, jika melihat potensi pasar sebesar ini, dengan catatan harga kompetitif.

Versus Thailand

Selain Indonesia, Thailand juga sudah disebut-sebut bakal menjadi perwakilan produksi C-HR untuk kawasan Asia Tenggara. Maklum, urusan kemampuan produksi, Negeri Gajah Putih sulit dipungkiri jauh lebih besar kapasitasnya ketimbang Toyota di Tanah Air.

Latar belakang ini juga yang memunculkan kemungkinan ada opsi produksi C-HR baik di Thailand dan Indonesia. Skema produksi yang juga digunakan untuk beberapa model lain, seperti Fortuner, Vios, dan Yaris. Ketiga model ini, sama-sama diproduksi baik di Toyota Thailand maupun Indonesia.

Seperti diketahui, C-HR merupakan produk global yang dipasarkan di ratusan negara dunia. Produksi perdana sudah dilakukan Toyota via ranting produksi pabrik Sakarya, Turki, mulai November 2016 yang disiapkan untuk memasok pasar Eropa. Toyota fokus menyiapkan mesin 1.8 liter hibrida terbaru untuk memenuhi standar emisi Eropa yang ketat. Termasuk opsi 1.2 liter turbo yang digunakan pada Auris juga untuk Eropa.

Sementara, opsi pilihan mesin 2.0 liter disebutkan Toyota dalam pernyataan resminya pada Geneva Auto Show 2016, hanya akan tersedia di beberapa pasar tertentu. Pernyataan ini juga yang memperkuat Thailand sebagai salah satu basis produksi, mengingat  Siam Toyota Manufacturing, Thailand memproduksi mesin untuk Corolla Altis,  2ZR berkapasitas 1.6 liter, 1.8 liter, dan 2.0 liter.

Segmen

Dari varian mesin yang disebutkan Toyota untuk C-HR, adalah 1.2 liter turbo, 1.8 liter hibrida, dan 2.0 liter. Sebelum keputusan untuk merakit lokal, opsi memasukan crossover ini adalah berstatus completely built up (CBU). Mesin 1.2 liter turbo mewajibkan konsumen mengonsumsi bahan bakar beroktan tinggi yang belum lazim di masyarakat Indonesia. Sedangkan, varian 1.8 liter hibrida, sudah pasti bakal mahal harganya, mengingat teknologi yang terkandung.

“Idealnya, C-HR itu dipasarkan di bawah Fortuner. Seharusnya bisa cocok seperti itu,” kata Warih lagi.

Opsi mesin 2.0 liter, selaras dengan opsi memposisikan C-HR di bawah Fortuner yang berstatus sebagai SUV menengah, dengan pilihan mesin 2.4 diesel dan 2.7 liter bensin.

Kemudian, ada spekulasi tambahan menyebutkan kalau Toyota Indonesia tengah melobi prinsipal untuk bisa merakita C-HR dengan opsi mesin lain. Rencana perakitan di Indonesia juga tertuang pada situs Wikipedia, yang menyebutkan produksi C-HR bakal dilakukan di Karawang, mulai 2017, menggunakan  mesin aluminium 1.5L 2NR-FE. Mesin yang sudah diproduksi lokal oleh TMMIN, di Karawang, juga digunakan pada Vios, Yaris, dan Sienta.

Soal rencana ini, Warih belum mau berbicara banyak. “Soal itu belum. Kajian sudah ada, tetapi belum sampai ke ranah produksi. Belum, belum ada,” ucap Warih.

Meyakinkan prinsipal untuk menjadikan satu negara menjadi basis produksi tentu bukan perkara mudah. Data dan fakta serta hitungan ekonomi jadi landasannya.

Boleh berharap kalau mulai 2018, C-HR bakal diproduksi di Indonesia, karena opsi impor CBU, tentu membuat harga SUV ini jadi mahal dan tidak kompetitif. Berbeda hasilnya, jika berstatus rakitan lokal, plus memanfaatkan pabrik buatan Karawang, tentu menambah nilai buat Indonesia, dan membuka peluang ekpsor baru ke negara berkembang. Semoga!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau