"Saya pastikan ini, bos itu sangat berpengaruh bagi karir seseorang. Kalau bos mau terbuka, talent yang tadinya mau keluar bisa nggak jadi," kenang Abong.
Karena Abong aktif pada padus dan notulensi di beberapa rapat direksi, ia merasa Pak Teddy cukup tahu dirinya, meskipun bukan dalam penilaian kinerja. Didorong anjuran Iljas, Abong kemudian memutuskan berbicara dengan bos besar, Teddy. Setiap hari, ia mengetahui kalau rutinitas Teddy kerap datang pukul 07.00 WIB di kantor Astra Pusat di Djuanda, Jakarta Pusat.
"Saya kemudian datang siap jam 06.30 WIB, kemudian menunggu di depan lift. Kebetulan kantor Pak Teddy satu lantai dengan HRD, jadi saya menunggunya di lantai 2. Begitu Pak Teddy keluar, saya bilang, 'Pak Teddy boleh minta waktu lima menit?' Dia merespons 'boleh', kemudian pada kesempatan ini, saya membicarakan keinginan saya," beber Abong.
Setelah menyampaikan keinginannya, termasuk adanya tawaran dari perusahaan lain, Abong dijanjikan jawaban dalam dua minggu ke depan. Ternyata, dalam dua pekan, Abong mendapat surat perpindahan kalau dirinya akan dipindah ke PT Astra Sedaya Finance (ASF) atau lebih dikenal dengan Astra Credit Companies (ACC).
"Saya sangat salut dengan Pak Teddy, dia mau kasih saya waktu mungkin 15 menit, dia hebat sekali. Menurut saya, intinya kalau masih baru bekerja, apapun bisa dikerjakan, apapun. Kalau belum tahu, harus belajar, jadi spons, tetapi juga harus kerja dengan hasil terbaik, kalau tidak dan banyak mengeluh, ketika mau menyampaikan keinginan tidak akan didengarkan bos. Banyak mengeluh gitu, bos juga akan males mendengarnya," cetus Abong.