Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sucess Story Bagus Susanto Managing Director FMI (6)

Sendiri Hadapi Gempuran Krisis dan Problematika di Perantauan

Kompas.com - 10/12/2014, 09:01 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Kehidupan ini sangat indah. Tak semua perjalanan hidup manusia berjalan dengan mulus. Tentu banyak rintangan dan hambatan dalam meraihnya. Kuncinya adalah kesabaran, keteguhan hati, memiliki prinsip yang kuat, jujur, apa adanya, dan selalu melakukan inovasi. Di balik kesuksesan seseorang, ada kisah-kisah mengharukan dan menyedihkan. Semua itu adalah proses yang harus dilalui. Kompas.com menurunkan serial artikel "Success Story" tentang perjalanan tokoh yang inspiratif. Semoga pembaca bisa memetik makna di balik kisahnya.


KompasOtomotif - Menjadi pucuk pimpinan di PT Ford Motor Indonesia sebagai Managing Director merupakan sukses karir yang diperoleh Bagus Susanto, 40. Apalagi, jabatan ini baru pertama kalinya dijabat oleh pribumi karena sebelumnya selalu warga asing. Artinya, membutuhkan dedikasi dan komitmen kuat sehingga bisa diakui merek asing.

Memulai karir di Jakarta, Bagus bekerja di Toyota Astra Motor, berstatus "fresh graduate" mulai 1997. Meski berlatar belakang pendidikan Teknik Industri, pria yang besar di Surabaya ini masuk di Departemen Penjualan. Sesuai pola perekrutan tenaga kerja perusahaan, setiap karyawan wajib melalui pola pelatihan, Manajemen Trainee, selama setahun.

Bagus dibekali pengetahuan, wawasan baru bidang otomotif, sampai akhirnya menjadi pramuniaga di Auto2000. Mengingat lokasi indekos Bagus di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, maka cabang Salemba dipilihnya menjadi tempat kerjanya.

Pramuniaga

Sebagai pramuniaga, Bagus wajib melakukan penawaran, distribusi, mencari pesanan atas mobil yang dijual, dalam hal ini disebut dengan istilah, canvassing. Setiap pagi, sampai di kantor, Bagus langsung mendapat pengarahan dari kepala cabang, lantas berangkat ke lapangan melakukan canvassing.

Sebagai bidang baru, Bagus tetap berusaha melakukan pekerjaannya sebaik mungkin, mulai dari menyebarkan brosur, menjamah perusahaan, badan pemerintahan, ke bagian pembelian, dan lain sebagainya. Semua proses dijalani terus-menerus dan berulang-ulang. Sampai akhirnya, Bagus berjumpa dengan salah satu konsumen potensial dengan lokasi rumah di Ciledug, Jakarta Selatan.

Karena baru hitungan bulan tinggal di Jakarta, Bagus tentu tidak mengetahui di mana lokasi pasti Ciledug berada. Berbekal informasi dari teman-teman sekerjanya, agak susah dan butuh proses panjang jika harus pergi menggunakan transportasi umum. Di kantor, ada office boy yang biasa mengendarai skuter Vespa lawas dan kerap diparkir selama jam kerja.

"Akhirnya, saya pinjem itu Vespa 'uduk-uduk' ke office boy. Katanya, 'Pakai saja pak, nggak perlu nyewa kasih uang, yang penting diisikan bensin.' Saya bilang, beres kalau bensin sih," celoteh Bagus.

Tilang

Berbekal helm pinjeman, Bagus dengan percaya diri beranjak mengendarai skuter menuju Ciledug. Dari Salemba menuju Jakarta Selatan, Bagus harus melintasi bunderan Semanggi yang terkenal membingungkan bagi orang baru di Ibu Kota. Terbukti, karena salah jalan, Bagus diberhentikan polisi yang bertugas di sana.

Merasa tidak salah, karena menggunakan kelengkapan berkendara komplet, mulai dari helm, SIM, dan STNK, bagus berhenti disamping petugas. "Ya pak, ada apa, tanyaku. 'Ini pak, Anda tidak boleh melintas di jalur ini, ini khusus mobil. Ini pengalaman ketilang pertama di Jakarta, tidak pernah saya lupakan," kenang Bagus.

Setelah ketilang, Bagus melanjutkan perjalanannya menuju Ciledug, berjumpa dengan konsumen yang mau membeli Kijang Krista, dan melakukan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK). "Pulang dari Ciledug, senang sekali rasanya. Dapet satu, pecah telur artinya," ujar Bagus berbinar.

Terpuruk

Di awal karirnya, Bagus juga mengaku punya pengalaman yang memilukan. Sebagai pramuniaga, penyakit yang paling sering menghantui adalah maag. Alasannya, ketika berjualan, menelpon, menjelaskan produk ke konsumen, biasanya lupa waktu.

Pernah pada suatu ketika, Bagus kena penyakit maag, sehingga berobat ke rumah sakit, dan berniat untuk izin ke atasan supaya tidak masuk kerja. "Saya bicara dengan atasan saya, ADM Manager waktu itu Pak Gultom. Tapi, justru mendapat tantangan dari dia, 'Kalau saya sakit maag saja, tidak membuat saya tak masuk kantor. Kamu masih berdiri kan? Masih bica bicara kan? Kalau saya sih tetap masuk.' Begitu ya pak, oke akhirnya saya putuskan hari itu tetap bekerja," beber Bagus.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau