Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Daihatsu Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage

Mengenal Suku Kajang yang "Sederhana"

Kompas.com - 09/10/2014, 09:40 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Tapi, meski tidak berjauhan dengan peradaban modern, bukan lantas menjadikan warga Suku Kajang ini kehilangan jati diri. Mereka tetap berpegang teguh pada keyakinannya, soal hidup sederhana dan bersahaja, sesuai ajaran kepercayaannya.

Bakar Linggis
Ketika tim tiba permukiman Suku Kajang, ternyata lagi dilakukan acara adat, upacara
attunu panrolik (membakar linggis). Seperti terjemahannya, upacara ini dilakukan dengan membakar linggis sampai merah membara. Biasanya diselenggarakan jika terjadi pencurian kayu tanpa diketahui siapa pelakunya.

Dalam upacara ini, seluruh warga akan dikumpulkan dan orang yang dicurigai diminta memegang bagian linggis yang merah membara. Jika yang memegang tidak terluka sama sekali, artinya bukan ia pelakunya. Sebaliknya, jika terluka, maka dipastikan dia pelakunya.

Ujung linggis yang membara ditaruh di atas tumpukan jerami dan langsung terbakar. Upacara ini dilakukan untuk mengingatkan warga agar bersikap benar. Filosofinya, bagi siapa yang melakukan pelanggaran maka dianggap salah. Tetapi, jika merasa benar, seseorang tidak perlu takut sama sekali.

Bertolak Belakang
Meskipun sebagian besar warga Suku Kajang memegang teguh konsep kehidupan sangat sederhana dan bersahaja, tetapi bersinggungan dengan dunia modern sulit dihindari. Salah satunya, ketika tim tiba di desa, para tetua Suku Kajang mewajibkan peserta untuk mengenakan pakaian tradisional mereka.

"Kami hanya di minta 10 orang wajib pakai baju tradisional Suku Kajang, caranya dengan menyewa, setiap set baju dan sarung, Rp 250.000," jelas Endi.

Ada patokan harga yang ditetapkan membuat uang sebagai hal yang sangat bernilai di Bulukumba. Mayoritas warga Suku Kajang juga gemar merokok dan menilai rokok bukan bagian dari produk modernisasi.

Bahkan, salah satu pemandu tim, yang mengaku warga asli Suku Kajang mengatakan dengan berbisik pada salah satu peserta rombongan untuk bisa menghubunginya via ponsel jika butuh bantuan selama berkunjung. Ironis bukan?

Saat ini rombongan sudah kembali melakukan perjalanan menuju Kolaka, menyeberang menggunakan feri menuju Kolaka. (ADV)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau