Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PERAHU TERBALIK

Duka Desa Padang, Duka Dunia Pendidikan

Kompas.com - 05/05/2011, 04:04 WIB

Meski sudah biasa menyeberang, sekecil apa pun para korban selamat tetap saja mengalami trauma. Atik Febriani (14), siswa SMP Negeri 5 Bojonegoro, salah satunya. Karena itu, untuk sementara waktu dia tinggal di rumah kakeknya, Surojiyat (84), di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, sehingga tidak perlu pergi pulang sekolah menyeberangi Bengawan Solo.

Atik menuturkan, pagi itu perahu hampir penuh. Ada lima sepeda motor, 12 sepeda, dan 30-an penumpang. Air hampir menyentuh bibir perahu. Saat tali tambatan dilepas dan perahu mulai berjalan, sebatang kayu randu yang terhanyut membentur perahu dengan keras.

Perahu terbalik dan seluruh penumpang ataupun muatannya tercebur. Semua penumpang histeris. Awalnya, para penumpang saling berpegangan, tetapi kemudian saling terlepas. Selebihnya, Atik tidak ingat apa-apa lagi sampai ditolong orang.

Warga bersama petugas dari kepolisian, TNI, dan tim SAR gabungan pun sibuk mencari para korban.

Perlu standar keamanan

Terbaliknya perahu penyeberangan atau perahu tambangan di Bojonegoro bukan kali ini saja. Pada 7 Maret lalu dua perahu tambangan terbalik di penyeberangan yang menghubungkan Desa Tulungrejo di Kecamatan Trucuk dan Desa Jetak di Kecamatan Bojonegoro, meski tak ada korban jiwa.

Pada 28 Maret perahu tambangan dari Ledokkulon ke Trucuk juga terbalik. Tiga penumpang dan dua pengendali perahu selamat dengan berenang.

Di sepanjang Bengawan Solo, utamanya di daerah Bojonegoro, terdapat puluhan lokasi penyeberangan. Umumnya menggunakan perahu kayu dengan ukuran panjang 12 meter dan lebar 180 sentimeter.

Ongkos penyeberangan relatif murah. Tidak ada tarif resmi, tetapi penumpang biasa membayar Rp 500-Rp 1.000. Bagi pelajar, bahkan ada tarif langganan Rp 5.000 per bulan.

Meski begitu, pemilik perahu tambangan bisa menghasilkan Rp 75.000 hingga Rp 150.000 per hari dari operasionalnya sejak pagi hingga malam.

Sayangnya, perahu yang harus menghadapi bahaya itu sama sekali tidak dilengkapi peralatan pengaman. Para penumpang umumnya berdiri selama di perjalanan, atau duduk di geladak.

Karena itu, para penumpang sebenarnya juga sangat berharap agar perahu-perahu itu dilengkapi sarana pengaman. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro diharapkan membuat regulasi standar keamanan perahu penyeberangan. Paling tidak, di sisi kanan kiri perahu ada ban yang bisa jadi pegangan jika perahu terbalik.

Bupati Bojonegoro Suyoto menyatakan, untuk sementara akan diterbitkan peraturan bupati guna mengatur standar keamanan perahu penyeberangan. Ke depan, apabila perlu akan dibuatkan peraturan daerah. Namun, bagaimanapun, tambangan tidak bisa ditutup karena memang sangat dibutuhkan warga. Yang terpenting adalah dipikirkan aspek keselamatannya. (ETA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com