Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendalami Bali di Pedalaman Bali

Kompas.com - 06/04/2011, 19:12 WIB

Tadinya kita mau kamar yang menghadap langsung kelaut, karena penginapan ini memang mempunyai fasilitas sea view, namun karena full book, jadi ya kami harus puas dengan kamar yang ada. Dengan di pandu oleh pegawai penginapan, kami melalui jalan setapak berbatu untuk menuju kamar kami. Kami cukup puas dengan fasilitas dan kebersihan penginapan kami. Setelah sebentar melepas lelah, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat – tempat wisata, karena waktu sudah sore, kami memutuskan untuk mendatangi satu tempat wisata saja yakni Taman Tirtagangga

Taman Tirtagangga Taman Tirtangga Terletak di Desa Abang, Kecamatan Abang hanya 6 km sebelah Utara Amlapura. Tirtagangga didirikan pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem terakhir yang digunakan sebagai tempat istirahat keluarga raja. Arsitekturnya merupakan panduan antara Eropa, Cina dan arsitektur tradisional Bali. Dikelilingi oleh panorama yang sangat indah membuat Tirtagangga merupakan tujuan yang sangat penting untuk dikunjungi.

Arsitektur taman peninggalan Raja Karangasem ini sangat indah untuk dijadikan obyek foto landscape. Oya karena sejarahnya taman ini adalah tempat pemandian para putri-putri raja, jadi para wisatawan pun diperbolehkan untuk mandi dan berenang di kolam pemandian. Sayangnya, saya tidak membawa perlengkapan mandi jadi saya tidak bisa menikmati sejuknya air yang langsung dari pegunungan tersebut.

Akhirnya waktu makan malam tiba. Kami makan disalah satu restoran di Jl. Raya Candi Dasa, yang letaknya hanya kurang lebih 500 meter dari penginapan kami. Restoran ini menyuguhkan tarian Legong ketika kita sedang menyantap makan malam. Sayangnya, kebanyakan restoran di Candi Dasa ini menawarkan menu internasional, mungkin karena kebanyakan yang menyambangi tempat ini adalah turis mancanegara yang menginginkan suasana berbeda dari sisi lain pulau Bali.

Hari kedua di Kabupaten Karangasem saya memulai hari dengan menikmati sarapan dengan pemandangan laut dari penginapan. Pemandangan yang jarang sekali akan saya temukan di Jakarta. Setelah sarapan kami memutuskan untuk sekalian check out dari penginapan, karena kami akan mendatangi 2 tempat wisata, dan akan langsung kembali ke Denpasar, lalu setelah semua administrasi beres kami mulai memacu Karimun Estillo sewaan menuju tempat wisata pertama di hari kedua, Taman Soekada Ujung.

Taman Ujung Soekada Taman Soekasada Ujung atau Taman Ujung didirikan tahun 1919 oleh Raja Karangasem terakhir,I Gusti Bagus Jelantik, terletak di Desa Tumbu, yang waktu itu digunakan sebagai tempat perisitirahatan Raja Karangasem. Taman Ujung dibangun untuk menyambut dan melayani tamu – tamu penting dan raja – raja dari negara tetangga, disamping sebagi tempat untuk raja dan keluarga kerajaan. Karena keindahannya Taman Ujung di sebut sebagai "Istana Air".

Konstruksi arsitektur Taman Ujung memiliki kemiripan dengan Taman Air Tirtagangga dan Puri Agung Karangasem. Yang membedakan Taman Ujung dengan Taman Tirtagangga adalah luas taman dan tempat tinggal Raja pada saat itu. Kamar – kamar di Taman Ujung yang ditempati oleh keluarga besar Raja Karangasem berasitektur Bali-Eropa. Namun tentu saja keindahan di taman ini tidak kalah indah dengan Taman Tirtagangga, bahkan kalau boleh saya bilang, Taman Ujung ini sangat indah sekali pemandangannya. Ada satu tempat tertinggi di taman ini yang asumsi saya adalah tempat Raja untuk bertemu dengan 

para rakyatnya, dimana kita harus menaiki anak tangga kurang lebih 150 anak tangga untuk menuju tempat tersebut, dari tempat tinggi ini kita bisa melihat pemandangan laut yang mengagumkan dengan hutan yang menghijau, keindahan Gunung Agung yang dikombinasikan dengan persawahan yang hijau. Setelah puas mendokumentasikan bangunan-bangunan bersejarah di Taman Ujung, saya melanjutkan perjalanan saya ke sebuah desa yang terletak sekitar 5 Km sebelah Utara Candidasa.

Desa Tenganan Pengrisingan Tenganan adalah Desa Bali Asli yang dikenal sebagai Bali Age. Terletak sekitar 5 Km sebelah Utara Candidasa. Tenganan sangat terkenal dengan budaya dan adat istiadat tradisional Bali. Ritual keagamaan berdasarkan kalendar yang merka susun sendiri dan berbeda dengan kebanyakan masyarakat Bali lainnya. Desa ini juga merupakan tempat satu-satunya dimana orang akan menjumpai kain yang disebut sebagai Ikat Gringsing yang proses pewarnaanya menggunakan warna tradisonal.

Sayangnya ketika saya datang, mereka sedang tidak memproses kain – kain tersebut, kami hanya melihat hasil dari tenunan dan pewarnaan tradisional. Namun kami masih banyak melihat keragaman budaya Bali yang masih asli di desa ini. Seperti seorang Bapak setengah baya yang terus menerus memainkan alat musik tradisional Bali, beliaupun memperihatkan hasil karya alat musiknya kepada kami, ternyata tidak hanya itu, di dalam rumahnya yang kami fikir kecil dan sempit, ternyata ketika kita masuk lebih dalam disana ada banyak hasil – hasil kain batik Bali yang jumlahnya puluhan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com