KOMPAS.com – Kendati pengembangan teknologi otomotif saat ini mengarah ke elektrikfikasi, namun motor bakar, yaitu mesin bensin dan diesel akan tetap dominan dalam beberapa tahun mendatang.
Itulah kesimpulan yang dibuat oleh produsen komponen mobil dunia. Salah satunya adalah Continental dari Jerman. Dulunya Continental dikenal sebagai produsen ban. Tetapi setelah mengakuisisi Siemens VDO, perusahaan ini gencar memperkenalkan dan mengembangkan teknologi komponen mesin, transmisi dan bagian lainnya dari kendaraan.
Kita bisa saja bilang, standar Eropa terlalu muluk dan masih jauh dari jangkauan. Namun yang pasti, Euro6 telah “memaksa’ produsen komponen dan mobil menciptakan trend teknologi otomotif.
Pastinya, target yang harus dicapai adalah penurunan emisi karbondioksida (CO2) gas yang menyebabkan efek rumah kaca atau pemanasan global, nitrogen oksida (NOx ). Dengan turunnya emisi, konsumsi bahan bakar juga menjadi lebih irit.(Bersambung)
Produk atau komponen penting yang dikembangkan oleh Continental adalah sistem pamasok bahan bakar (pompa), sistem injeksi, manajemen mesin (unit kontrol mesin atau ECU), transmisi, sensor-sensor dan aktuator.
Karena ada beberapa komponen yang dikembangkan, artikel ini ditulis dalam beberapa seri. Bagian pertama, tentang pompa bahan bakar dengan kerja sesuai dengan kebutuhan mesin.
Kini, pompa tersebut dirancang bekerja bekerja sesuai dengan kebutuhan atau kondisi kerja mesin. Mislanya, ketika kendaraan tidak jalan (stasioner) atau jalannya pelan, putaran pompa diturunkan. Tujuannya untuk menghemat energi. Sebaliknya, kalau ingin cepat, putaran pompa naik atau bekerja lebih cepat dan jumlah pasokan bahan bakar jadi lebih banyak.
Untuk ini, Continental melengkapi pompanya dengan chip yang mengontrol kerjanya. Chip dipasang pada flens yang berada di tangki bensin dan bisa digunakan untuk mengontrol kerja pompa yang bekerja dengan arus listrik AC atau DC.
Chip ini selanjutnya akan berkomunikasi dengan sistem manajemen (komputer) mesin untuk mengetahui kondisi kerja mesin dan selanjutnya digunakan sebagai parameter mengatur kecepatan pompa. Tepatnya, kerja pompa disesuaikan dengan kebutuhan mesin.
Menurut Continental, cara ini bisa mengurangi satu atau dua gram CO2 per km. Hal itu diperoleh karena pemakain tenaga listrik jadi lebih rendah. Hebatnya lagi, dirancang untuk mesin bensin dan diesel. (Bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.