Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1500 Lampu Terangi Trek F1 Singapura

Kompas.com - 08/09/2008, 14:42 WIB

Grand Prix Formula-1 Singapura dilangsungkan pada 27 -28 September nanti. Meski begitu, gaungnya sudah berhembus sejak awal 2008 ke seluruh penjuru dunia. Panitia pun gencar menjual sejumlah fenomena yang akan menjadi catatan bersejarah dalam perjalanan Formula-1. Salah satunya, untuk pertama kalinya kualifikasi dan lomba di langsungkan di malam hari, di sirkuit jalanan kota pula.

Target dan Persiapan
Cara panitia GP Singapura mempersiapkan balapan dan target yang ingin diraihnya, membuat kita salut. Betapa tidak, mereka menyediakan energi listrik 3,2 MegaWatt hanya untuk balapan pada hari Minggu. Total energi listrik yang akan dihabiskan termasuk persiapan dan latihan, tidak kurang dari 32.000 kWh.

Kondisi tersebut tentu berbeda dengan kita di tanah air. Saat ini, kita diminta oleh PLN untuk mau menerima pemadaman bergilir. Sedangkan negara tetangga kita yang tidak punya sumber energi itu, justru berpesta. Mereka tahu betul, imbalan yang diperoleh dari acara “baralek gadang” (pesta besar) itu, yaitu uang dari turis yang datang ke negara tersebut. Mereka tidak sekadar menononton, dipastikan juga melancong dan berbelanja.

Menurut Laurence Leong, direktur proyek F1 untuk Dewan Pariwisata Singapura, negaranya akan menerima 100 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 680.800.000.000. Uang segitu, merupakan hasil dari belanja penonton dari mancanegara yang diterima oleh hotel, restoran dan berbagai toko souvenir. Karena devisa yang akan diterima cukup besar dari hajat ini, Singapura pun mengikat kontrak selama 5 tahun dengan penyelenggara Grand Prix Formula-1 dan berharap event tetap dilangsungkan malam hari.

Bagi kita di Indonesia, saat event itu dilaksanakan, bertepatan dengan liburan menjelang lebaran di tanah air. Nah, momen tersebut jelas akan dimanfaat bagi mereka yang “gila” dengan F-1. Karena itulah, panitia Singapura yang bekerjasama dengan pihak lokal, gencar menjajakan event ini di Indonesia sejak awal tahun ini.

Bendera Digital
Salah satu topik yang sering dibahas menjelang Grand Prix Singapura ini adalah masalah penerangan di sirkuit. Tak hanya bagi komunitas yang hanya cuma menonton, juga pembalap dan mantan pembalap F-1. Berbagai kemungkinan diurai dengan rinci dan cermat. Antara lain, bila generator mati, sorotan lampu yang menganggu, trek basah dan sebagainya. Maklum, sedikit saja kesalahan, mengancam keselamatan pembalap.

Untuk itulah, perusahaan yang dipercaya menangani masalah ini, Velerio Maioli dari Italia, harus membuat pencahayaan empat kali lampu penerangan di lapangan stadion bola. Dengan demikian penglihatan pembalap sama dengan di siang hari. Penonton juga bisa melihat mobil balap dengan jelas. Satu lagi adalah untuk membantu penyiaran siaran televisi definisi tinggi.

Pada trek sepanjang 5,06 km dengan 23 tikungan itu, dipasang 1500 lampu sorot. Setiap lampu mengonsumsi energi 2.000 watt, menimbulkan suhu 4.200 derajat Kelvin dengan cahaya 3.000 lux. Lampu ini dipasok oleh Philips yang juga menyediakan 1.000 lebih televisi layar datar.

Dengan cahaya seterang itu, pembalap dapat memacu mobil balapnya sampai kecepatan maksimum 320 km di trek lurus, Raflles Boulevard dan menyelesaikan 61 lap dengan aman. Total kabel listrik yang digunakan mencapai 10.000 meter dan kabel optik 27.000 meter.

Untuk mencegah silau - bila hujan - sorotan lampu tidak langsung di arahkan ke trek. Caranya, dengan menggunakan reflektor yang dirancang secara khusus oleh Philips. Di lain hal agar pembalap bisa melihat warna bendera dengan mudah, panitia akan menggunakan bendera elektronik yang disebut “DigiFlag”. Pemakaian bendera ini merupakan yang pertama kali di arena Formula-1.

Pro vs Kontra
Untuk mempromosikan balapan ini, pemerintah Singapura mengundang wartawan mancanegara sebelum event dilangsungkan. Lahirlah berbagai komentar. Ada yang menilai, event ini sebuah pertunjukan spetakuler. Tetapi ada pula yang khawatir dengan polusi karena untuk penerangan, jumlah solar yang dibakar mencapai 11.200 liter.

“Banyak keuntungan diperoleh bila balapan berlangsung malam hari. Atmosfer cahaya lampu memberikan pemadangan spetakuler ,” komentar Stephen Slater dari ESPN Star Sport. Menurutnya, balap di malam hari memastikan jumlah penonton Formula-1 di Eropa dan Asia lewat televisi bertambah. Hal ini tentu saja akan menguntungkan sponsor.

Sampai akhir Agustus 2008, panitia mengatakan, tiket yang terjual sudah mencapai 95% dari 100.000 yang disediakan. Empat puluh persen dibeli penonton non- Singapura.

Untuk menyemarakkan GP dan meningkatkan daya tarik pengunjung, berbagai event dan festival diselenggarakan di negara tersebut. Antara lain Festival Singapore River (19 – 28 September), The Great Design Race (25 Agustus – 2 Oktober), dan Singapore Motorshow 2008 (26 September – 5 Oktober).

Kalau Hujan, Gimana Ya?
Hujan merupakan salah satu faktor yang membuat pembalap dan mantan pembalap “ngilu” memikirkan masalah keselamatan. Pasalnya, balapan berlangsung saat musim hujan. Karena itulah, legenda F1, Jackie Stewart, tiga kali juara dunia, ikut bicara soal ini. “Masalahnya, ini balapan pertama di malam hari. Pasti akan menyulitkan pembalap. Kombinasi gangguan yang lebih berbahaya adalah hujan dan silau lampu,” komentarnya.

Selain lampu, percikan air akan menambah kesulitan pembalap. “Pembalap yang berada di belakang sejauh 30 meter, dipastikan tidak bisa melihat mobil di depannya,” lanjut Stewart.

Kekhawatiran yang sama ini juga diliontarkan oleh Jarno Trulli. Balapan dilangsungkan di bawah cahaya lampu sirkuit jalanan kota tanpa kesempatan melakukan tes lebih lama. “Malam hari, hujan pula, adalah hal yang tidak diinginkan sama sekali oleh setiap orang dari segi keselamatan. Karena itu, saya merasa kurang nyaman,” ungkapnya.
Kekhawatiran Trulli lainnya, yaitu kombinasi dinding tembok dan berkurangnya penglihatan bila hujan turun. Ia pun membandingkan suasana MotoGP yang dilangsungkan malam hari di Qatar awal tahun ini dengan Formula-1 di Singapura. “Pembalap motor berlomba di sirkuit yang memang khusus untuk balap. Sedangkan kami, membalap di sirkuit jalanan,” tuturnya dengan mimik datar. Ah... bisa saja!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com