JAKARTA, KOMPAS.com - Usai meluncur di Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024, November lalu, Kompas.com menjajal Aion V dengan rute Jakarta-Yogyakarta.
Aion menyediakan 5 unit Aion V untuk dijajal. Tes kali ini dilakukan selama dua hari pada 4-5 Februari 2025 untuk mengetahui impresi berkendara dan fitur-fitur unggulan yang tersemat pada SUV listrik tersebut.
Rute perjalanan dibagi jadi empat etape, di mana tiap etape dikemudian oleh awak media yang berbeda.
Kompas.com mendapat kesempatan pada etape terakhir yaitu mulai dari rest area 379 di Batang, Jawa Tengah ke Yogyakarta. Etape ini dimulai selepas maghrib dan sampai di Yogyakarta sekitar pukul 21.15 WIB.
Kompas.com sebelumnya sudah pernah menjajal sebentar Aion V di area test drive GJAW 2024. Acuan ini yang jadi landasan saat pertama menjajal dalam perjalanan panjang di jalan tol.
Pertama. Begitu tuas persneling dipindahkan ke posisi D dan gas diinjak, Aion V mulai melaju dengan rasa kemudi yang nyaman. Setir terasa mantap, berat namun responsif, mengikuti kemauan pengemudi dengan baik.
Kompas.com memang sengaja mengubah sensivitas setir ke mode Sport yang dapat di atur dari head unit untuk penanganan atau rasa berkendara yang lebih sporty.
Untuk diketahui setir mobil listrik merupakan salah satu elemen krusial dalam pengendalian, dan Aion V tidak mengecewakan untuk berbelok atau mengemudi cepat.
Pedal rem dan gas juga terasa nyaman. Sensitivitas rem memberikan kekuatan yang sesuai dengan injakan kaki, tanpa ada perbedaan signifikan dengan mobil konvensional berbahan bakar bensin. Sekali lagi penguji juga mengubah sensivitas rem ke mode Sport yang dapat diatur dari head unit.
Selepas jalan tol Semarang yang menanjak, kontur jalannya naik turun dengan beberapa belokan panjang.
Mengenai suspensi, bantingan Aion V terasa empuk, bahkan cenderung "keempukan" meski kaki-kakinya cukup tipis. Untuk diketahui, mobil memakai pelek lingkar 19 inci dan dibalut ban 225/45.
Racikan ini membuatnya nyaman saat melewati jalanan yang tidak rata atau keriting. Namun terasa mengayun saat melewati sambungan jalan atau jembatan.
Menariknya suspensi yang empuk tidak membuat bodi limbung. Memang terasa ada gejala bodi "ngebuang" namun itu terjadi pada kecepatan tinggi. Sedangkan di habitat aslinya untuk perkotaan hal seperti itu akan jarang ditemui.
Suspensi Aion V menggunakan suspensi depan tipe MacPherson Independent dan suspensi belakang tipe torsion Beam Non-Independent.
Aion V memiliki panjang 4.605 mm, lebar 1.854 mm, tinggi 1.686 mm dan poros roda depan belakang 2.775 mm. Lebih panjang dari Mitsubishi Xpander Cross yang punya panjang 4.595 mm, lebar 1.790 mm, tinggi 1.750 mm. Tapi wheelbase-nya sama yaitu 2.775 mm.
Performa mobil cukup impresif. Kompas.com menjajal semua mode berkendara yaitu Comfort, Power Save, dan Sport. Perbedaan rasa berkendara ketiganya juga cukup terasa. Di mana mode Comfort paling nyaman sedangkan mode Sport lebih agresif.
Spesifikasi di atas kertas, Aion V mengusung baterai jenis LPF tipe Magazine Battery 2.0. Baterai ini mampu membawa mobil bepergian sejauh 602 Km dalam kondisi baterai penuh.
Dinamo alias motor listriknya mampu memproduksi tenaga 201 Tk dan torsi 204 Nm. Klaim pabrikan mobil mampu berakselerasi dari 0—100 km/jam dalam waktu 7,9 detik.
Sebagai perbandingan, di atas kertas klaim rincian tenaga dan torsi Aion V ini hampir dua kali lipat dari Xpander Cross dengan kapasitas mesin 1.499 cc, menghasilkan tenaga 104 Tk dan torsi 141 Nm.
https://otomotif.kompas.com/read/2025/02/06/162100515/menguji-aion-v-dengan-perjalanan-jauh-jakarta-yogyakarta