JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil listrik kini semakin banyak digelorakan sebagai solusi transportasi masa depan yang ramah lingkungan. Pemerintah dan berbagai pihak terkait terus mendorong masyarakat untuk beralih dan membeli mobil listrik.
Kehadiran mobil listrik tentunya membuat orang-orang harus beradaptasi dengan cara baru dalam berkendara.
"Secara prinsip, berkendara mobil listrik dengan mobil konvensional itu sama. Yang membedakan di mobil EV adalah minim suara, minim getaran, dan gerakannya responsif sehingga harus lebih banyak mengedepankan defensive driving yaitu sabar dan berkomunikasi," kata Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana kepada Kompas.com, Senin (24/6/2024).
Sony menekankan pentingnya sikap sabar dan komunikasi yang baik saat mengemudi mobil listrik.
Karena mobil listrik hampir tidak menghasilkan suara, pengemudi harus lebih waspada terhadap pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya yang mungkin tidak menyadari kehadiran kendaraan mereka.
Getaran yang minim juga membuat pengemudi merasa lebih nyaman, namun responsivitas tinggi dari mobil listrik memerlukan penyesuaian dalam hal pengendalian kendaraan.
"Pengendara mobil listrik harus lebih defensif dalam berkendara. Ini artinya, mereka perlu lebih sabar dan sering berkomunikasi dengan pengendara lain untuk menghindari potensi kecelakaan," tambah Sony.
Adaptasi terhadap mobil listrik tidak hanya terkait dengan cara mengemudi, tetapi juga mencakup pemahaman tentang pengisian daya dan perawatan kendaraan.
Sony menekankan bahwa memahami teknologi dan fitur yang ada pada mobil listrik menjadi langkah penting yang harus dilewati bagi setiap pemilik kendaraan listrik.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/06/25/074200215/pentingnya-defensive-driving-untuk-pengemudi-mobil-listrik