JAKARTA, KOMPAS.com - Baterai merupakan inti dari kendaraan listrik sebab tanpa baterai mobil atau sepeda motor listrik tidak punya daya untuk berjalan.
Namun sama seperti baterai yang lain daya baterai bisa melemah dan habis. Contohnya di baterai "bundar" sekali pakai buat perangkat elektronik yang banyak ditemui, bila daya baterai sudah habis biasanya baterai akan dibuang kemudian didaur ulang.
Hermawan Wijaya, Direktur Marketing PT International Chemical Industry (ABC Lithium), mengatakan, saat ini belum ada perusahaan khusus daur ulang baterai kendaraan listrik di Indonesia, sebab bahan baku baterai bekas kendaraan listrik yang ada saat ini belum cukup untuk bisnis.
“Secara niat sudah ada beberapa investor, bukan cuma satu tapi beberapa,” ujar Hermawan kepada Kompas.com, belum lama ini.
“Karena kalaupun ada (perusahannya) barangnya (baterainya) mana, tidak ada, seperti yang disebutkan baterai umurnya lima tahun, kita belum sampai tahap itu, kalau ada yang rusak-rusak belum cocok buat bisnis,” katanya.
Hermawan mengatakan, perusahaan daur ulang baterai kendaran listrik butuh waktu buat eksis.
“Sehingga ini relatif akan menunggu, tapi kalau sudah ada niatan buat menghiitung investasi berapa,” kata Hermawan.
Hermawan mengatakan, daur ulang baterai cukup rumit sebab semua bagian baterai mesti dipisahkan satu per satu. Namun prosesnya tidak jauh berbeda dengan daur ulang batu baterai bundar yang selama ini beredar.
"Proses sederhananya dibongkar habis, terus dipisahkan sama mereka (perusahaan recycle), kepalanya plastik, tengahnya alumunium dan bawahnya plastik lagi," kata Hermawan.
"Di dalamnya ada elektronik ada sekat ada alumunium lagi, itu dibongkar semua dan dikelompokkan, ini yang plastik, ini elektronik dan kabel dan segala macam," ujarnya.
Hermawan mengatakan, nanti masing-masing bagian akan didaur ulang berdasarkan materialnya. Misalkan plastik akan masuk jalur daur ulang ke plastik begitu juga dengan alumunium, dan sel baterai.
"Di dalam baterai sel isinya ada alumunium, copper, ada elektroli, ada graphit, mau itu LPF, NCM macam-macam. Ini semua dibongkar lagi dipisah-pisah lagi, nanti baru diproses yang mana bisa langsung dan tidak langsung," ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/05/20/184100515/daur-ulang-baterai-listrik-belum-butuh-di-indonesia