SOLO, KOMPAS.com - Radiator berguna untuk mendinginkan mesin selama berkendara dan mencegah terjadinya overheat. Maka dari itu, pemilik mobil perlu memperhatikan kondisinya, terutama soal cairan coolant.
Meski begitu, ada yang menggunakan cairan lain. Salah satunya seperti buangan dari Air Conditioner atau AC.
Banyak yang beranggapan bila air dari proses kondensasi AC bisa menjadi pengganti coolant pada radiator. Namun apakah benar demikian?
Muchlis, Pemilik Bengkel Spesialis Toyota Mitsubishi, Garasi Auto Service mengatakan, mengganti cairan coolant dengan yang lain bisa menimbulkan kerak.
“Tidak boleh, radiator wajib pakai cairan coolant. Mau pakai air AC, air mineral, air sumur pasti timbul kerak yang bisa menyumbat saluran radiator, sehingga mesin mobil jadi overheating,” kata Muchlis kepada Kompas.com, Kamis (25/4/2024).
Lebih lanjut dia menjelaskan, cairan apapun yang digunakan sebagai pengganti coolant radiator pasti berisiko.
Kondisinya memungkinkan untuk menimbulkan kerak pada saluran, karat, rawan bocor, dan mesin overheat.
“Kalau pernah isi cairan selain coolant dan timbul kerak, recovery-nya susah. Biayanya juga mahal,” kata Muchlis.
Pasalnya, proses perbaikannya cukup banyak, dari addictive radiator flush, ganti coolant setiap satu bulan, kerok radiator maksimal lima bulan sekali, hingga selang radiator dan thermostat harus diganti.
Maka dari itu, jika sudah menggunakan cairan selain coolant untuk radiator pasti perlu dikuras dan tidak hanya sekali saja, harus bertahap.
“Kalau langsung diganti coolant 100 persen kerak rontok, saluran bisa mampet dan mesin overheat,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/25/141200515/salah-kaprah-soal-air-buangan-ac-dijadikan-pengganti-cairan-radiator