JAKARTA, KOMPAS.com – Jumlah kecelakaan terus meningkat setiap tahun meski usaha untuk menekan angka tersebut tak kalah massif. Faktor manusia disebut merupakan penyumbang kecelakaan paling besar.
Penelitian menyebutkan dalam berkendara faktor manusia memegang peran paling tinggi mencapai 60 persen, kendaraan 5 persen dan lingkungan 3 persen. Adapun sisanya yaitu 32 persen merupakan gabungan interaksi ketiganya.
Mengutip data NMC Polri, Januari-September 2022 tercatat ada 94.617 kasus kecelakaan. Angka tersebut meningkat 24.000 kasus atau sekitar 34,60 persen dibandingkan tahun 2021.
Adrianto Sugiarto Wiyono, Asean NCAP Technical Committee sekaligus dosen Politeknik APP, mengatakan, jumlah kecelakaan fatal tetap tinggi salah satunya dapat digambarkan dari Teori Kompensasi.
“Mengapa jumlah kecelakaan tetap tinggi. Jawabannya teori kompensasi,” kata Rian di acara Vehicle Safety Course 2023/006, di Politeknik APP, di Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Dalam psikologi, dijelaskan bahwa kompensasi adalah strategi seseorang menutupi secara sadar atau tidak sadar, kelemahan, frustrasi, keinginan, atau perasaan tidak mampu melalui kepuasan atau dorongan menuju keunggulan di bidang lain.
Rian menjelaskan di dunia nyata yang berkaitan dengan kecelakaan lalu-lintas seseorang kerap mengangap remeh satu hal karena kendaraannya memiliki fitur unggulan.
“Eh bro mobil saya pakai EBS jadi bisa ngerem lebih pendek, misalnya. Jadi seseorang mengkompesasi itu. Kemudian karena sudah ada airbag jadi tidak perlu pakai safety belt. Padahal (kecepatan) airbag saat mengembang bisa 200 kpj,” kata dia.
“Jadi seperti itu sebuah tantangan dalam road safety, secara ringkas itu pertama sebab road safety campaign sangat punya tantangan,” ujar Rian.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/03/16/150100315/teori-kompensasi-dan-jumlah-kecelakaan-yang-tinggi