Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penjelasan Brembo Soal Aksi Stoppie ala Toprak Razgatlioglu

JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem pengereman yang dimiliki motor balap harus memiliki performa yang tinggi agar bisa mengurangi laju motor dengan baik. Tapi, ada juga beberapa pebalap yang melakukan atraksi dengan rem depan.

Atraksi yang dilakukan adalah mengerem menggunakan rem depan hingga ban belakang terangkat cukup tinggi. Atraksi atau teknik itu disebut juga dengan stoppie.

Beberapa pebalap yang terkenal sering melakukan stoppie adalah pebalap Ducati, yakni Jack Miller, dan juara dunia World Superbike (WorldSBK) 2021 Toprak Razgatlioglu.

Tak sedikit yang bertanya-tanya, apakah teknik tersebut bisa berdampak pada motor atau pengeremannya dan apa yang terjadi saat teknik tersebut dilakukan.

Dikutip dari Brembo.com, Sabtu (1/1/2022), Toprak biasanya melakukan aksi stoppie saat masuk pit lane. Motor masuk gigi 2 dan kecepatan 80 kpj. Lalu, menekan rem pada 12 bar hingga 14 bar.

Ketika ban belakang sudah terangkat, Toprak mengurangi tekanan menjadi 2 bar hingga 3 bar, untuk menjaga keseimbangan agar ban tetap terangkat. Lalu, dia akan turun ke gigi 1 dan menekan pedal rem belakang untuk menurunkan ban belakang.

Teknik stoppie tersebut didukung oleh komponen pengereman Brembo dan pelek Marchesini yang ringan. Sepasang kaliper rem depan Brembo dari material aluminium lithium, bobotnya tidak lebih dari 1,5 kg. Sedangkan pelek Marchesini yang terbuat dari magnesium, bobotnya juga hanya 6 kg.

Brembo juga menjelaskan, untuk melakukan stoppie, harus yakin dengan rem depan. Selain itu, posisi tubuh juga sangat penting, mulai dari siku tidak boleh kaku, hingga lutut harus dikencangkan, seperti menjepit tangki.

Setelah sepersekian detik, tekanan pada rem depan harus dikurangi secara bertahap agar motor tidak sampai terbalik. Tapi, ban belakang masih dalam posisi terangkat.

Menginjak pedal rem belakang hingga membuat rotasi ban berhenti akan mempengaruhi keseimbangan motor. Begitu pula dengan memajukan posisi badan ke depan juga dapat mengganggu keseimbangan.

Saat pebalap menjaga ban belakang tetap terangkat, tekanan pada tuas rem depan sekitar 6,5 kg hingga 7,2 kg, tergantung dari diameter master silinder.

Tidak perlu juga menekan rem terlalu keras, karena stoppie dilakukan dalam kecepatan yang relatif rendah. Dengan kecepatan yang rendah, suhu kampas rem dan minyak rem juga menjadi rendah, sehingga sistem pengereman tidak mengalami tekanan termal.

Jelas, master silinder rem yang dapat menjamin pengereman yang responsif dan termodulasi sangat penting. Berkat pengalaman yang diperoleh dalam merancang komponen hidraulik, kinematik, dan ergonomis, master silinder Brembo menonjol karena linearitas antara gaya yang diterapkan dan respons pengereman.

Meski aksi stoppie ini disukai para penonton, tapi ada juga yang tidak suka atau khawatir melihatnya, yakni sebagian manajer tim.

Sebab, aksi stoppie meningkatkan risiko motor terjatuh dan membuat beberapa komponen menjadi rusak. Dikhawatirkan juga pergerakan oli di dalam bak mesin menjadi tidak seimbang. Risiko pebalap terjatuh dan mengalami cedera juga bisa terjadi. Selain itu, akan terlihat memalukan juga di depan kamera jika pebalap tersebut sampai terjatuh.

Mengingat aksi stoppie termasuk berbahaya, Brembo juga sangat merekomendasikan bagi siapa pun untuk tidak melakukannya di jalan raya atau bahkan di trek.

https://otomotif.kompas.com/read/2022/01/01/152200615/penjelasan-brembo-soal-aksi-stoppie-ala-toprak-razgatlioglu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke