Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hasil Investigasi Kecelakaan Mantan Bos Jeep Indonesia Terungkap

JAKARTA, KOMPAS.com - Stellantis, pabrikan otomotif global yang dibentuk dari merger perusahaan Italia bersama Amerika, Fiat Chrysler Automobiles (FCA) dan PSA Group telah menyelesaikan investigasi teknis terhadap Jeep Grand Cherokee Summit yang mengalami kecelakaan di Juli 2021 lalu.

Berdasarkan keterangan yang diterima Kompas.com pada Kamis (16/9/2021), pemegang merek kendaraan Jeep tersebut mengaku tidak bertanggung jawab dalam insiden terkait.

Sebab, tak ditemukan kesalahan manufaktur meski airbag gagal mengembang atau berfungsi sebagaimana mestinya. Termasuk fitur keselamatan aktif lain di sport utility vehicle (SUV) tersebut.

"Tidak ada tanggung jawab manufaktur yang ditemukan dalam insiden ini. Seat belt yang merupakan Safety Restraint System utama menjadi sistem penahan keamanan utama pada saat kejadian," kata COO PT DAS Dhani Yahya mengutip pernyataan resmi prinsipal.

Adapun alasan airbag tidak mengembang karena laju perlambatan yang diperlukan untuk mengaktifkannya tidak terpenuhi. Meski demikian, pengaman lainnya seperti sabuk pengaman tetap berkerja maksimal meredam benturan.

Lebih lanjut, mengenai syarat pengaktifan airbag system tertuang dalam buku manual Jeep Grand Cherokee tahun 2014 halaman 73-74, yakni:

- Occupant Restraint Controller (ORC) adalah bagian sistem keamanan yang diatur secara berhubungan dengan sistem lainnya di kendaraan.

- ORC menentukan apakah diperlukan airbag atau kantung udara depan dan/atau samping dalam tabrakan berdasarkan sensor benturan serta sesuai dengan kebutuhan.

- Airbag bagian depan dan lutut (pengemudi) dirancang untuk memberikan perlindungan tambahan melengkapi sabuk pengaman saat tabrakan di bagian terkait terjadi. Diharapkan, ini mampu mengurangi risiko saat terjadi tabrakan belakang, samping, atau terguling.

- Airbag bagian depan dan lutut (pengemudi) tidak akan mengembang di seluruh tabrakan depan, termasuk yang menghasilkan kerusakan besar pada kendaraan seperti tabrakan ke tiang, ke kolong truk, dan tabrakan sudut.

- Di sisi lain, airbag bisa mengembang dalam tabrakan dengan kerusakan yang sedikit di bagian depan tapi telah terjadi perlambatan yang signifikan.

- Airbag bagian samping tidak akan selalu mengembang pada semua insiden tabrak samping. Ini tergantung pada tingkat keparahan dan jenis tabrakan.

- Sebab, sensor airbag mengukur perlambatan kendaraan dari waktu ke waktu, kecepatan dan kerusakan kendaraan sendiri bukan indikator utama dalam mengetahui apakah airbag harus aktif atau tidak.

- Sabuk pengaman sendiri diperlukan untuk perlindungan dalam seluruh kejadian benturan dan diperlukan dalam membantu Anda tetap pada posisi, jauh dari kandung udara yang mengembung.

- ORC memonitor kesiapan komponen elektronik dari sistem airbag setiap kali kunci kontak pada posisi START atau ON/RUN. Jika posisi OFF atau ACC, sistem kantung udara tidak menyala dan airbag tidak akan mengembang.

"Area tabrakan berada di bagian atas dari area fokus sensor tersebut berkerja, dengan energi benturan yang dihamburkan oleh berbagai struktur lembaran logam. Oleh karena itu, laju perlambatan yang diperlukan untuk mengaktifkan airbag system tidak terpenuhi," lanjutnya.

"Dengan temuan ini, kami harap pertanyaan penyebab insiden sudah dapat terjawab dan sekali lagi kami sangat bersimpati atas insiden terkait. Kami siap membantu konsumen untuk memperbaiki kendaraan sampai selesai," ujar Dhani lagi.

Sebelumnya, mantan bos Garansindo Distributor Indonesia (GDI) yang sekaligus distributor Jeep di dalam negeri, Muhammad Al Abdullah melaporkan telah mengalami kecelakaan tunggal di Tol Kanci arah ke Jawa Tengah, Kamis (15/7/2021).

Kala itu, ia menggunakan Cherokee 3.6L dan kehilangan kendali karena kaget ada mobil Toyota Avanza di depannya yang mengerem mendadak.

"Tetapi sayangnya, fitur Active Brake Collision System (ABCS) yang merupakan salah satu fitur keamanan di dalam mobil ini tak berfungsi sehingga saya harus menginjak rem manual," ujar Memet, panggilan akrabnya.

"Setelah saya injak rem secara manual semaksimal mungkin, stir secara otomatis terbuang ke kiri. Tapi di kiri itu ada truk kontainer, ya sudah bablas," lanjut dia.

Tidak sampai di sana, saat mobil mengalami benturan keras karena stir kemudi terlempar ke kiri setelah dilakukan pengereman mendadak secara penuh alias hard braking, airbag tidak mengembung (aktif).

Untung saja Memet yang sedang berkendara seorang diri masih bisa selamat karena konstruksi mobil yang cukup baik. Ia pun tidak mengalami luka-luka serius.

Atas kejadian naas tersebut, ia langsung menghubungi ATPM Jeep yang baru yaitu PT DAS dan prinsipal global untuk meminta kejelasan sekaligus menuntut insiden yang dialaminya.

https://otomotif.kompas.com/read/2021/09/17/080200315/hasil-investigasi-kecelakaan-mantan-bos-jeep-indonesia-terungkap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke