JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam upaya menjadikan mobil kesayangan memiliki nuansa sporty yang kental, tidak jarang pemilik melepaskan komponen resonator dari sistem knalpot.
Hal tersebut dilakukan supaya peredaman suara dari mesin jadi minim sehingga suara yang dihasilkan lebih berisik dan bising. Pada kondisi tertentu, bakal ada seperti letupan di knalpot terkait.
"Namun melepas komponen resonator atau peredam di knalpot punya konsekuensi tersendiri. Mengingat, fungsi lain di bagian itu ialah untuk menciptakan back pressure di dalam aliran gas buang," kata Aftersales Division Head Auto2000, Nur Imansyah Tara dalam keterangannya.
Pertama, menciptakan polusi suara dan mengganggu pengguna jalan sekitar. Apalagi saat mobil melewati terowongan, suara yang dihasilkan akan semakin keras.
Efek lain dari hilangnya resonator dari sistem knalpot ialah berubahnya konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. Sebab, banyak orang yang lebih suka untuk berakselerasi dengan menekan pedal gas lebih dalam saat berada di posisi tersebut.
"Untuk sisi teknisnya, terdapat ketidaksesuaian antara input dan output yang dihasilkan mesin. Khususnya ketika mesin berada di RPM bawah. Kondisi mesin jadi lebih ngempos sehingga pengemudi akan menginjak pedal gas lebih dalam," ujar Imansyah.
Konsekuensi terakhir ialah berubahnya performa mesin mobil, sejalan hilangnya fungsi menciptakan back pressure pada gas buang.
Performa mesin bisa menurun, terkhusus ketika mesin berada di putaran bawah sampai menengah. Lebih jauh, hal ini akan meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas.
"Dari hal ini saja, terlihat bahwa memang tak ada yang menguntungkan dengan melepaskan resonator dari sistem knalpot mobil," tambahnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/07/27/112200615/jangan-sembarangan-ini-dampak-melepas-resonator-pada-mobil