JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu upaya membuat truk lebih efisien, rendah emisi, dan bertenaga adalah dengan menyematkan teknologi common rail pada mesin. Teknologi ini merupakan sistem yang menyuntikkan solar bertekanan tinggi yang diatur secara elektronik.
Artinya, ada bantuan Engine Control Unit (ECU) yang mengatur berapa banyak solar yang disemprotkan ke ruang mesin. Mesin truk dengan common rail kadang masih dianggap terlalu canggih oleh para pengusaha.
Ada saja pengusaha truk yang tidak mau memakai mesin dengan common rail karena takut sistem komputernya bermasalah. Tapi sebenarnya, apakah benar lebih ribet merawat mesin diesel dengan common rail?
Tonton Eko, Product Development Division Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia mengatakan, secara total perawatan, mesin diesel common rail dengan konvensional tidak begitu banyak perbedaan.
“Terkait interval penggantian oli, filter dan sebagainya itu sebenarnya sama saja dibandingkan kendaraan yang masih Euro 2. Namun perlu diingat, bahan bakar yang digunakan itu harus sesuai,” ucap Tonton dalam acara Isuzu Talkshow: Peluang Indonesia di Pasar Global dengan Implementasi Euro 4, Rabu (28/4/2021).
Ketika sudah menggunakan mesin diesel common rail, bahan bakar yang digunakan harus lebih tinggi standarnya. Jika tetap memakai solar dengan kualitas rendah, interval perawatan tadi akan lebih cepat.
“Kalau enggak sesuai, mesinnya akan mengalami masalah dan otomatis cost-nya akan lebih tinggi,” ucap Tonton.
Selain itu, bagi yang sudah menggunakan mesin diesel common rail namun diisi dengan bahan bakar berkualitas rendah, akan terlihat ketika truk sedang diservis. Selain itu, salah menggunakan bahan bakar ini juga bisa menghanguskan garansi.
Bahan bakar yang sesuai dengan mesin berstandar Euro 4 atau dengan common rail ini sangat penting. Bagi customer, tentu akan diedukasi bagaimana cara mengemudikan, merawat dan harus diisi dengan bahan bakar apa.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/30/112200015/apakah-merawat-mesin-diesel-common-rail-pada-truk-lebih-ribet