JAKARTA, KOMPAS.com - Meski saat ini fasilitas Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) untuk sepeda motor listrik sudah resmi beroperasi, namun dari segi penggunaannya masih jauh dari kata efektif.
Kondisi tersebut lantaran populasi kepemilikan motor listrik yang bisa dibilang jumlahnya masih kecil. Selain itu, masalah lain yang ikut menyertai adalah masing-masing motor listrik punya jenis dan baterai yang beragam.
Pendiri SPBKLU Ezyfast Nicodemus Suheri mengatakan, baterai motor listrik sangat berpengaruh pada pengembangan SPBKLU beserta bisnis ke depannya. Hal tersebut karena sampai saat ini tidak ada keseragaman baterai yang resmi dari pemerintah.
"Populasinya memang minim, tapi yang penting sekarang soal keseragaman baterai. Ini masalah krusial yang belum jelas, karena terakhir kami bertemu dengan Badan Standardidasi Nasional (BSN), bila ditotal itu ternyata kita (Indonesia) ada 11 jenis baterai yang berbeda," kata Nico kepada Kompas.com, Jumat (6/11/2020).
Dengan ragam jenis baterai motor listrik tersebut, Nico menjelaskan akan sangat sulit untuk mengembangkan SPBKLU lebih luas. Karena dari segi modal, tidak mungkin juga untuk membuat masing-masing jenis baterai tersebut.
Lantaran itu, Nico mengatakan harus ada titik tengah dari pemerintah soal hal ini keragaman baterai. Paling tidak, ada andil tegas yang memutuskan standar baterai mana yang akan digunakan untuk Indonesia.
Bila memang tujuannya untuk mempercepat ekosistem kendaraan listrik, Nico justru menyarankan baiknya pemerintah mengambil peran sebagai pemilik baterai.
"Harusnya itu satu jenis, satu ukuran, nah untuk itu harusnya pemerintah selaku regulator bisa menjadi baterai owner, dengan begitu nantinya bisa dibikin standar yang jelas soal kriteria baterai yang mana yang akan digunakan," ucap Nico.
"Pemerintah harusnya melakukan hal tersebut, karena bisa saja ditugaskan ke PLN atau Pertamina. Bila bila melihat statusnya, ini akan menjadi sebuah bisnis baru yang menjanjikan dalam hal sewa energi, sama seperti dulu saat menyeragamkan tabung gas," kata Nico.
Lebih lanjut Nico berharap akan segera ada titik terang soal masalah jenis baterai, karena dikhawatikan nantinya ladang tersebut justru akan menjadi lapak bagi para investor asing.
Bahkan dengan adanya keseragaman baterai, Nico optimis bila ke depan harga motor listrik bisa jauh lebih murah dari yang ada sekarang. Karena dengan demikian, konsumen bisa membeli motor terpisah dari baterainya.
"Harga motor listrik mahal karena baterai. Dengan penyeragaman, nanti orang bisa beli motor listrik lebih murah tanpa baterai, karena baterinya tinggal sewa dari SPBKLU yang ada dengan demikian ekosistemnya jalan," ucap Nico.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/11/07/090200915/baterai-motor-listrik-beragam-pengembangan-spbklu-bakal-sulit