SOLO, KOMPAS.com - Yamaha Scorpio sudah tidak lagi diproduksi dan dipasarkan oleh PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). Meski begitu, peminat motor berjuluk kalajengking ini sampai sekarang masih sangat tinggi.
Terbukti masih banyak yang melakukan “perburuan” kuda besi dengan kubikasi 225 cc tersebut. Harga yang ditawarkan di pasaran pun juga bervariasi, mulai dari di bawah Rp 10 juta sampai dengan puluhan juta.
Harga ini tergantung dengan kondisi motor serta tahun pembuatannya. Banderol yang paling tinggi adalah Scorpio yang Completely Built Up (CBU).
Motor yang dipasarkan kisaran 2002 hingga 2004 ini memang berbeda dibandingkan dengan Scorpio yang dipasarkan setelahnya.
Para pencinta Scorpio menilai bahwa, kualitas dari motor yang dikenal dengan nama Scorpio Tengki (tangki) Kotak (Steko) itu lebih enak saat dikendarai.
Berikut tiga alasan kenapa memilih Yamaha Scorpio
Awal kemunculannya, Yamaha Scorpio memang bermain di kelas yang berbeda, yakni 225 cc. Padahal pada kisaran 2002 pabrikan lain sudah bermain di kelas 200 cc.
Dengan memiliki kubikasi yang 25 cc lebih besar tersebut, bisa dikatakan Scorpio menjadi kuda besi dengan cc yang paling besar waktu itu.
Meski memiliki mesin yang cukup besar, bukan berarti konsumsi bahan bakarnya juga boros. Salah seorang pemilik Yamaha Scorpio lansiran tahun 2005, Marwan mengatakan, Pio (sebutan Scorpio) masih sangat irit.
“Untuk PP Sragen-Demak dua kali dengan kondisi bensin full tidak habis, padahal cara berkendara juga kencang. Jadi kalau berkendara lebih halus, akan sangat irit,” kata Marwan saat ditemui Kompas.com di bengkel spesialis Scorpio ASICS di Tohudan, Karanganyar, Sabtu (7/3/2020).
Salah satu yang menarik minat para pencinta kuda besi untuk meminang Pio adalah kualitas mesinnya yang sangat kuat. Mesin Scorpio dinilai lebih kuat dibandingkan dengan mesin serupa dari pabrikan lainnya.
Ketua Umum Adventure Scorpio Indonesia Club Surakarta (ASICS), Patrice Haryanto mengatakan, dirinya pernah mengendarai Pio dari Solo ke Jakarta dengan kondisi mesin yang tidak prima.
“Kondisi mesinnya itu rusak dan oli bocor, itu masih bisa saya kendarai dari Solo sampai ke Jakarta dengan berboncengan,” katanya.
Bahkan, lanjut pria yang akrab disapa Lik Totok, saat mengendarai Pio dirinya sempat berhenti ke bengkel untuk menambah volume oli.
“Setelah tambah oli dan saya melanjutkan perjalanan bisa sampai ke Jakarta, benar-benar kuat mesinnya,” ucapnya.
Lik Totok mengatakan, selama ini dirinya sudah lebih dari tujuh kali berganti-ganti jenis Scorpio. Selama menggunakan motor pabrikan Yamaha itu, dirinya menilai bahwa mesin Pio sangat simpel dan berbeda dengan jenis mesin kubikasi besar lainnya.
“Ini kan penerus King, ada yang menyebutnya Kingnya 4 tak ya ini. Jadi mesinnya memang simple seperti mesin RX King yang juga simpel,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/03/08/083200215/3-alasan-yamaha-scorpio-bekas-masih-diburu-dan-punya-harga-tinggi