JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak selamanya suatu motor akan terus dijual oleh produsen otomotif, meskipun memiliki daya jual yang tinggi. Sebab, selain karena penjualan, dari segi teknologi juga bisa menjadi faktor penentu disuntik matinya suatu model.
Salah satu contoh Kawasaki Ninja 150RR yang menggunakan mesin 2-tak berkapasitas 150 cc. Motor sport ini banyak sekali peminatnya, tapi PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) terpaksa harus menyudahi produksinya karena tidak lolos standar regulasi uji emisi yang ditetapkan pemerintah.
Menurut Michael Chandra Tanadhi, Deputy Head Sales & Promotion Division PT Kawasaki Motor Indonesia, bisa juga alasannya karena product life cycle atau ganti nama.
"Produk life cycle itu biasanya empat sampai lima tahun. Bisa juga tergantung tren yang ada di pasar," ujar Michael, ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (1/8/2019).
Namun, sebagian besar alasan suatu motor disuntik mati biasanya karena penjualan yang semakin merosot atau peminatnya semakin sedikit, seperti Honda Spacy, Suzuki Inazuma, atau Yamaha Force, dan lainnya.
Sebagai contoh lagi, Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM) Thomas Wijaya pernah mengatakan, keputusan menghentikan penjualan Spacy karena didasari penyesuaian perkembangan tren dan permintaan kebutuhan konsumen.
Disadari memang penjualan Spacy tidak bisa berkembang dari tahun ke tahun. Menurut data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI), pada 2016 Spacy terjual 6.170 unit dan pada 2017 laku 5.042 unit.
Pada tahun lalu catatan penjualannya cuma terjadi pada Januari yaitu 33 unit. Hasil Spacy kalah jauh dibanding model skutik Honda sejenis 110cc yang lain, yaitu Vario 110, Scoopy, dan Beat.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/01/110728115/alasan-produsen-suntik-mati-motor-motor-ini