INDRAMAYU, KOMPAS.com - Tim redaksi Kompas.com mengadakan komparasi Jalur Trans Jawa, menggunakan dua unit Mitsubishi Xpander. Satu regu melintas jalan Tol dari Jakarta hingga ke Surabaya, dan satunya lagi menyisiri jalur Pantura (Pantai Utara).
Ketika masuk daerah simpang Jomin, Cikampek hingga Cirebon, Jawa Barat, pemandangan lalu lintas yang terlihat, banyak pengguna sepeda motor mengabaikan atribut keselamatan standar, seperti helm.
Padahal, kendaraan yang melintas di sepanjang jalur tersebut cukup banyak. Apalagi didominasi oleh bus hingga truk-truk besar berkecepatan tinggi.
Kondisi tersebut sangat membahayakan bagi pengguna motor yang tidak pakai helm hingga lawan arah. Potensi terjadinya kecelakaan menjadi cukup besar.
Menanggapi kondisi tersebut, Edo Rusyanto, Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman), mengatakan, masyarakat sekitar tidak memiliki kesadaran yang tinggi untuk menggunakan helm, maka dari itu perlu ditingkatkan lagi mengenai sosialisasi pemakaian helm.
"Kata kuncinya adalah membangun budaya untuk memprioritaskan keselamatan ketika berlalu lintas," ucap Edo kepada Kompas.com, Kamis (3/1/2019).
Edo menjelaskan, salah satu materi edukasi yang mutlak, yaitu tentang fungsi helm dalam melindungi kepala. Setidaknya materi ini mencakup beberapa fakta seperti 80-90 persen pengguna motor yang meninggal dipicu luka di kepala dan leher.
"Fakta itu diinformasikan oleh Badan Kesehatan Dunia. Bahkan, perlu diingat lagi bahwa setiap hari kecelakaan di dunia rata-rata merenggut 4.400-an pesepeda motor," ujar Edo.
Bukti nyata lain, lanjut dia bahwa helm mengurangi risiko kematian hingga 40 persen. Bahkan, helm juga dapat mereduksi potensi risiko cidera seius lebih dari 70 persen.
"Artinya, helm melindungi kemungkinan pemakaian terluka akibat benturan. Jangan lupa benturan di kepala bisa mematikan, termasuk membuat cedera pada otak," kata Edo.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/01/04/072200015/helm-jadi-barang-langka-di-sepanjang-jalur-pantura