Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Menumpuknya Stok Geely Indonesia

Kompas.com - 17/02/2017, 17:30 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Posisi Geely Mobil Indonesia (GMI) saat ini diam sambil menunggu momentum kebangkitan. Setelah 70 persen sahamnya dibeli oleh Auto Mandiri Grup pada 2013, aktivitas GMI kebanyakan membenahi sisa masalah buat membuka lembaran baru.

Diakui Presiden Direktur GMI Hosea Sanjaya, ada mekanisme importasi yang bermasalah pada era kepemilikan perusahaan masih dipegang 100 persen oleh prinsipal. Setelah akuisisi, terdapat warisan stok hingga 700an unit yang menumpuk di gudang.

“Karena dia (prinsipal) main kirim barang, dan itu sebelum kami punya saham lebih besar. GMI (setelah akuisisi) tidak pernah satu kalipun mengimpor barang dengan L/C (letter of credit). Jadi kirim dulu bayarnya nanti,” kata Hosea saat ditemui KompasOtomotif di kantornya di Jakarta Timur, Minggu (12/2/2017).

Hosea mengatakan, jika seluruh sisa stok unit dijual, hasilnya tidak mencukupi harga yang ditetapkan prinsipal sebab dibayar menggunakan dollar Amerika Serikat. Hasil hitungan Hosea penjualan cuma mencapai sekitar 40 persen dari total harga yang harus dibayar.

“Pada waktu impor, itu 2010-2011, kurs kita di kisaran Rp 8000-an. Nah kalau kita buka neraca sekarang ini, 2016 -2017, itu tidak pernah di bawah 12.000,” kata Hosea.

“Kalau saya jual ini semua barang tidak akan ketebus itu yang harga ‘X’. Kata mereka saya harus jalani bisnis yang baru. Saya bilang enggak bisa begitu, saya mau ini dibereskan, bisnis baru harus sehat. Enggak mau saya mensubsidi itu,” ungkap Hosea.

Hosea mengatakan pembenahan masalah impor cukup panjang, sekitar satu tahun. Saat ini proses impor GMI dikatakan sudah bersih, kendati perusahaan tidak pernah melakukannya lagi sejak 2014.

Hosea menyebut GMI adalah perusahaan yang tidak pernah punya pengalaman punya hutang sepeser pun kepada bank. Ini adalah bagian dari strategi perusahaan, sebab Hosea menginginkan prinsipal berinvestasi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau