Michigan, KompasOtomotif – Secara umum mobil hibrida dirancang atas satu tujuan, efisiensi. Di seluruh dunia ada banyak mobil hibrida, namun ternyata tidak semua lebih ekonomis ketimbang model saudara terdekatnya yang masih meneguk bahan bakar fosil.
Menurut hasil penelitian yang dikembangkan oleh Vincentric, pengepul data otomotif asal Bingham Farms, Michigan, Amerika Serikat (AS), dari 29 model hibrida yang diuji, cuma tujuh model (bahan bakar dan listrik) yang menawarkan keuntungan lebih dibanding model sebanding versi konvensional.
Penelitian ini dilakukan menggunakan asumsi kepemilikan lima tahun dengan pemakaian sampai 15.000 mil atau 24.140 km. Ketujuh model tersebut adalah Ford Fusion Hybrid, Toyota Prius C, Lexus CT 200h (komparasi dengan IS 200t), Lexus ES 300h, Lincoln MKZ Hybrid, Toyota Avalon Hybrid, dan Audi Q5 Hybrid.
Dari antara tujuh model yang lebih hemat, Lexus CT 200h jadi terbaik. Hitung-hitungan biayanya lebih besar 8.728 dollar AS (Rp 115,8 juta) ketimbang IS 200t.
Ada beberapa faktor penyebab mobil hibrida butuh biaya lebih mahal. Alasan utamanya paling sederhana, yaitu teknologi yang dibawa tidak lebih murah dari versi hanya bahan bakar minyak.
Kenyataan lainnya, walau dibeli dengan harga lebih mahal ternyata tidak membantu harga jualnya ketika jadi mobil bekas. Sebagian mobil hibrida punya depresiasi nilai lebih tinggi, masih ditambah lagi fakta bahwa pengembangan mobil konvensional juga bergerak semakin irit.
Kesimpulannya, jika konsumen ingin membeli mobil hibrida untuk keiritannya tidak semua model bisa menawarkan hal tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.