Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menaklukan Jalan Terjal Gunung Merapi Dengan Suzuki Grand Vitara 2.4L

Kompas.com - 08/03/2009, 11:47 WIB

Test Drive Suzuki Grand Vitara 2.4L

Secara hitungan matematis, konsumsi bahan bakar mobil berkapasitas 2.400 cc pasti lebih boros ketimbang 2.000 cc. Hal ini dipicu oleh tenaga mesin lebih besar, dengan sendirinya mendongkrak, paling tidak kecepatan maksimum yang tinggi. Apalagi tidak diimbangi akselerasi yang bagus, bahan bakar yang diirup pun kian banyak.

Tidak demikian halnya dengan Suzuki Grand Vitara 2.4L yang baru akan di launching awal April mendatang. Kendaraan jenis sport utility vehicle (SUV) andalan PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) ini, justru lebih irit ketimbang pendahulunya yang bermesin 2.0L.


Lebih pas dengan R17
Data yang diberikan oleh PT SIM kepada Kompas.com dari hasil tes mereka bahwa untuk Vitara 2.4 bertransmisi manual, konsumsinya 1:12,6 dan yang transmisi otomatis 1:11,9. Sedang versi terdahulu yang 2.0L, konsumsinya 1:9. Namun dari hasil test drive yang dilakukan Kompas.com dengan rute Yogyakarta-Salatiga-Semarang, 4-5 Maret lalu, pemakaian BBMnya rata-rata 11,3.

Tetap lebih irit dari 2.0L. Ternyata, 11,3 km/liter masih lebih boros dari hasil ATPM dikarenakan rute Yogyakarta menuju Salatiga bukan melalui jalan normal, tapi melewati kawasan Gunung Merapi yang sarat tanjakan dan penuh kelokan. Sudah begitu, perjalan dituntun oleh voor-reijders, sehingga tak bisa merasakan kecepatan maksiumum.

Dengan tidak bisa mengembangkan kecepatan maksimum, kesempatan pun dimanfaatkan untuk merasakan kenyaman dan tenaga di tanjakan. Kebetulan dari Yogyakarta menuju Salatiga, Kompas.com mengendarai transmisi manual.

Perubahan paling mencolok, suara mesin dan getarannya lebih halus. Ini dikarenakan pada dapur pacu sudah dilengkapi balancer shaft. Yang lainnya, kestabilan dan tingkat keolengan bodi kala manuver di tikungan lebih kecil lantaran adanya pengembangan dari model sebelumnya. Tetap mengandalkan sistem multi link suspesion, hasnya dudukan gardan belakang dikasih braket hidraulis dan yang depan direinforced. Sehingga kondisi mobil lebih rigid dari sebelumnya.

Karena tak bisa mendapatkan kecepatan maksimum, pengujian terhadap mesin 2.4 DOHC VVT 4-inline ini dititik beratkan pada akselerasi dan tenaga terendahnya. Terutama penggunaan gigi persneling dua dan tiga kala merayap jalanan menanjak dengan ketinggian 15 sampai 25 derajat yang cukup panjang.

Ditopang torsi 225Nm pada 4.000 rpm, gigi persneling dua dan tiga masih bisa dibejek kala putaran mesin di bawah 2.000 rpm. Seperti gigi dua, ketika rpm dipanteng pada 1.600 masih punya tenaga akselerasi, sedang gigi tiga berada pada 1.800 rpm. Sebetulnya putaran mesin di bawah itu masih bisa didapat (gigi II pada 1.500 rpm dan tiga pada 1.600 rpm) dengan kecepatan awal pada 20-25km/jam, butuh tekan pedal lebih dalam. Tenaga sangat responsifr bila putaran mesin terjada pada 2.000 rpm.

Sebenarnya, dengan torsi bermain pada 250Nm dan putaran mesin di bawah 4.000, tentu keiritan diraih lebih banyak. Kalaupun tetap bertahan dengan torsi yang sekarang, hanya ukuran velgnya yang versi 2.0L, yakni R17 tetap dipertahankan, kemungkinan keiritan bisa menembus di atas 12 ketimbang 11,3 yang dicapai Kompas.com.

Dari Salatiga menuju Semarang, Kompas.com menjajal versi tranmsmisi matik dengan penggunaan velg R20 dengan profil ban 45. Ketika melesat dengan kecepatan 20 km/jam setir tidak terasa berat. Boleh jadi ini karena adanya pengembangan pada sistem suspensi, selain multi link, juga sudutnya telah diubah.

Kemudian efek engine brake, ketika tongkat persneling dari posisi D digeser ke angka tiga, perpindahannya terasa sangat halus. Ini dampak dari pemakaian torsi 225 Nm/4.000 rpm. Memang, untuk menaklukkan jalanan menanjak, putaran mesin pada torsi terlalu tinggi dan bisa diturunkan sedikit. Tapi untuk jalanan datar dikombinasi tanjakan ringan, seperti keramaian lalulintas kota sudah pas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com