Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemicu Kecelakaan di Jalur Mudik

Kompas.com - 18/09/2008, 06:42 WIB

Kemacetan dan kecelakaan merupakan dua magnet kuat selama musim mudik lebaran. Angkanya meningkat drastis dibanding hari biasa. Pemicunya, bukan saja meningkatnya jumlah kendaraan. Dari data kepolisian, sumber penyebab utamanya factor manusianya sendiri.

Bisa karena ceroboh, lelah fisik atau sakit. Kalau sampai ini terjadi pada Anda, mimpi merayakan hari yang Fitri bersama sanak  saudara di kampong halaman pupus. Nah, agar Anda tidak mengalami nasib naas, perlu diketahui penyebab lain terjadinya kecelakaan.

1. Mengantuk (33%)
Ternyata, sepertiga dari kecelakaan diakibatkan mengantuk. Hal manusiawi yang dapat menimbulkan fatalitas ketika kita berkendara, apalagi perjalanan luar kota. “Rata-rata orang mengantuk karena mengemudi bukan di jam biologisnya,” ucap Bintarto Agung, instruktur utama di Indonesia Defensive Driving Centre (IDDC). Bayangkan saja, misalnya pada pukul 22.00 biasanya kita sudah masuk ke tempat tidur, ketika mudik mungkin masih di tengah perjalanan. Ditambah keletihan mata karena lampu dari depan, efek mengantuk pun semakin menjadi.
Cara paling ampuh mengurangi risiko mengantuk adalah melakukan perjalanan sesuai jam biologis. Apabila tidak dimungkinkan, bawalah minimal satu orang yang bisa bergantian mengemudi. Pada kondisi normal, seseorang sebaiknya menyetir maksimal 100 km lalu bergantian. Bila tidak ada tenaga pengganti, sebaiknya istirahat 10-15 menit setiap 2 jam perjalanan.

2. Kurang antisipasi (28%)
Harus disadari, mengemudi mobil adalah pekerjaan yang menuntut 100% konsentrasi. Pada kecepatan 100 km/jam, mobil Anda dalam sedetik telah menempuh 36 meter. Reaksi dan refleks sigap sangat dibutuhkan, mengingat hitungan detik saja bisa berpengaruh pada nyawa kita.
Antisipasi yang harus dilakukan, Anda (sebagai pengemudi) mengingatkan anggota keluarga tidak boleh menggangu selama mengemudi. Bila membawa anak-anak, tempatkanlah di bangku belakang bersama orang dewasa lain yang bisa meladeni mereka.
Matikan juga telepon saat berkendara, atau mintalah pada anggota keluarga lain untuk menjawab atau membalas pesan di ponsel.
 
3. Pecah ban (20%)
 Rata-rata pengemudi bingung apa yang harus dilakukan saat mendadak pecah ban. Salah antisipasi mobil bisa melintir atau bahkan terguling.  Mengatasi pecah ban simpel saja. Terpenting, Anda tidak mengerem! Ini sangat penting, karena daya cengkeram ban yang tidak rata akan menyebabkan mobil melintir saat direm.
Jauh lebih baik angkat gas secara perlahan dan biarkan mobil melambat. Jangan lupa tahan setir agar tetap lurus serta tidak melakukan manuver menikung mendadak. Bila tips ini dilakukan, niscaya pecah ban tak perlu menjadi suatu petaka.
Untuk langkah preventif, pastikan kondisi ban Anda masih baik ketika berangkat. Setel juga tekanan ban 2-3 psi lebih tinggi dari rekomendasi karena mengangkut beban penuh. Ingat juga, tekanan lebih rendah justru memperbesar kemungkinan ban pecah.
 
4. Menyalip dari kiri (10%)
Padatnya arus lalu lintas membuat banyak pengendara tak sabar dan menyalip dari kiri. Terutama di jalan tol, saat mudik banyak mobil bermasalah dan menghentikannya di bahu jalan. Nah, mereka ini lantas menjadi sasaran empuk untuk ditabrak.
Bagi Anda yang terpaksa harus berhenti di bahu jalan, letakkan segitiga pengaman dalam jarak yang cukup jauh, sekitar 50 meter dari mobil. Dengan demikian, misalnya ada pengemudi bandel sekalipun, ia dapat terinformasi mengenai keberadaan mobil Anda di bahu jalan.

5. Ditabrak, selip, rem blong dan lainnya (9%)
Sekitar 9% penyebab lainnya berasal dari berbagai sebab. Seperti ditabrak mobil lain, tergelincir serta rem blong. Anda juga bisa mengantisipasi hal-hal tadi selama memperhatikan kiat-kiat mengemudi aman.
Pertama tentu saja memastikan mobil dalam kondisi sempurna. Sebaiknya bawa mobil ke bengkel resmi untuk pengecekan sebelum mudik.  Kemudian persiapkan fisik Anda untuk perjalanan jauh. Dan jangan lupa untuk selalu memantau spion secara berkala serta memandang jauh ke depan. Selalu gunakan jarak aman yang disarankan memakai hitungan 2-3 detik.  (Fitra Eri)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau