JAKARTA, KOMPAS.com - Terbatasnya ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), membuat beberapa pengguna mobil listrik berbasis baterai di Amerika Serikat kembali ke kendaraan konvensional.
Kesimpulan itu diperoleh dari hasil studi salah satu peneliti Universitas California Davis yang menemukan rata-rata pengguna ingin kembali ke kendaraan bahan fosil mencapai 20 persen.
Temuan tersebut serupa dengan survei McKinsey & Co, yang menunjukkan 46 persen pengguna mobil listrik Amerika Serikat (AS) ingin kembali menggunakan kendaraan konvensional.
Baca juga: Tiga Motor Baru MForce Resmi Meluncur di Jakarta Fair 2024
Survei terkait, dikutip Carscoops melibatkan lebih dari 30.000 responden dari 15 negara yang mewakili lebih dari 80 persen volume penjualan global.
Lantas apa alasan utamanya?
Secara umum, keterbatasan ekosistem jadi faktor utama dengan rincian masih minimnya infrastrutur stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) ataupun charging station di fasilitas umum.
Banyak pemilik merasa kesulitan menemukan tempat pengisian daya yang memadai, yang mengakibatkan ketidaknyamanan dalam penggunaan sehari-hari.
Keterbatasan SPKLU membuat pengguna mobil listrik harus merencanakan perjalanan dengan lebih hati-hat,i dan sering kali harus menempuh jarak lebih jauh hanya untuk menemukan stasiun pengisian terdekat.
Sementara itu, pengisian daya di rumah juga belum optimal karena durasi waktu pengisian daya yang masih lambat (maksimum level 2 atau 240 volt). Banyak rumah dan tempat lainnya pun tidak memiliki fasilitas ini.
Baca juga: Ada Jakarta International Marathon 2024 Pagi Ini, 36 Ruas Jalan Ditutup
Hal ini diperburuk oleh masalah lain, seperti kurangnya tempat parkir dengan akses pengisian daya, terutama bagi mereka yang tinggal di apartemen atau kondominium.
Tingginya biaya kepemilikan mobil listrik juga berperan penting. Biaya penggantian baterai dan pemeliharaan sering kali lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional, membuat banyak pemilik mempertimbangkan kembali pilihan mereka.
Meskipun biaya operasional harian mobil listrik cenderung lebih rendah, biaya awal yang tinggi dan potensi pengeluaran besar untuk perawatan atau penggantian baterai menjadi faktor penghalang bagi banyak calon pengguna.
Alasan terakhir, mobil listrik dianggap kurang praktis untuk perjalanan jarak jauh karena keterbatasan jarak tempuh dan ketersediaan pengisian daya selama perjalanan.
Baca juga: Chery Pastikan Bawa Pasukan Jaecoo di GIIAS 2024
Meskipun ada peningkatan dalam jumlah SPKLU dan kemampuan baterai mobil listrik, banyak pengguna masih merasa tidak nyaman dengan risiko kehabisan daya di tengah perjalanan tanpa akses cepat ke stasiun pengisian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.