JAKARTA, KOMPAS.com – Data produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2021-2023 menunjukkan bahwa ekonomi Jakarta mayoritas didukung sektor tersier seperti perdagangan eceran, yang salah satunya adalah bisnis reparasi motor dan mobil.
“Di Jakarta ini bisnis terbesar digerakkan sektor transportasi, khususnya motor,” ujar Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna, dalam diskusi daring 'UU DUKJ: Masa Depan Jakarta Pasca Ibu Kota’ (23/4/2024).
“Bayangkan sekarang ada 26 juta kendaraan di Jakarta, 19 jutanya itu motor. Jadi ekonominya bergerak di situ,” kata dia.
Baca juga: Motor Injeksi Jangan Sampai Kehabisan Bensin, Mitos atau Fakta?
Mendominasinya bisnis reparasi motor dan mobil dalam struktur ekonomi Jakarta bukan tanpa alasan.
Menurut Ketua Umum Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia (PBOIN) Hermas Prabowo, tingkat mobilitas yang tinggi dibandingkan kota lain, jadi sebab menjamurnya bengkel di Jakarta.
Kondisi ini secara otomatis menarik minat para pelaku usaha di bidang perbengkelan untuk mendekatkan diri pada populasi kendaraan yang besar.
Baca juga: Belajar dari Kasus Travel yang Bawa Paket Berisi Ular Piton
“Jadi kalau kita melihat secara kasat mata, kita ambil satu ruas jalan, misal dari Pasar Palmerah sampai Rawa Belong atau sampai Kebayoran. Kita akan melihat berapa banyak bengkel di situ,” ujar Hermas, kepada Kompas.com, Rabu (24/4/2024).
“Kita pergi ke manapun, di satu ruas jalan pasti ketemu bengkel, entah itu bengkel yang sifatnya perawatan, modifikasi, termasuk juga bagian-bagian kendaraan. Dari situ saja menunjukkan bahwa sebaran usaha bengkel itu memang luas,” kata dia.
Kemudian, banyaknya usaha bengkel motor dan mobil juga didorong karakter masyarakat di Jakarta dan sekitarnya yang rajin melakukan perawatan kendaraan.
Baca juga: Ban Vulkanisir Bus Copot Mendadak, Mobil di Belakang Jadi Korban
“Terus kesadaran orang Jakarta, atau penduduk yang berada di Jabodetabek kan mobilitasnya tinggi. Maka mereka dituntut punya kendaraan yang sehat,” ucap Hermas.
“Sehingga rasa kepedulian mereka terhadap fungsi kendaraan, membuat mereka harus peduli untuk menjaga kendaraan agar tetap dalam kondisi yang bagus. Karena kalau enggak bagus, akan mengganggu mobilitas,” ujarnya.
Lalu, meningkatnya kebutuhan akan perbaikan kendaraan juga terjadi lantaran Jakarta menjadi kota yang punya tingkat kemacetan tinggi. Hal ini menuntut mesin kendaraan dan komponen-komponen lainnya bekerja lebih keras.
Baca juga: Polytron Siapkan Skutik Maxi Listrik, Meluncur Tahun Ini
“Rem yang biasanya jarang kita injak, jadi sering dipakai, otomatis kampas rem mesti ganti. Terus oli mesin, karena sering macet, mesin muter terus. Jalan yang mestinya setengah jam, jadi dua jam, otomatis interval penggantian oli lebih sering,” kata Hermas.
Karena kendaraan sering dipakai dalam waktu lebih lama, alhasil usia komponen jadi lebih pendek, sehingga lebih mudah timbul masalah.
Dengan sejumlah alasan ini, maka tak heran bisnis reparasi motor dan mobil cukup mendominasi di Jakarta dan sekitarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.