Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebiasaan Bus Ngeblong Risikonya Maut, Sopir Harus Jera

Kompas.com - 09/03/2024, 10:22 WIB
Erwin Setiawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Sering dijumpai bus ngeblong di jalan raya. Kebiasaan tersebut masih sering dipraktikan oleh sopir-sopir bus, padahal berisiko. Seperti yang baru saja terjadi di Situbondo.

Bus Gunung Harta bertabrakan dengan sebuah truk tronton di Jalan Raya Pantura Klatakan, Kecamatan Kendir, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur, Kamis (7/3/2024). Satu orang yakni sopir truk tewas dalam peristiwa itu.

Kapolres Situbondo AKBP Dwi Sumrahadi mengungkapkan, kecelakaan berawal saat bus Gunung Harta dengan pelat nomor L 7510 UN melaju dari arah timur ke barat. Sesampainya di lokasi, melaju pula truk tronton L 9908 UF.

Baca juga: Adu Banteng Bus Gunung Harta Vs Truk Fuso di Situbondo, 1 Tewas

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Herry Susanto (@rodapapat)

 

Lantaran posisi bus yang terlalu ke kanan dan jarak dua kendaraan terlalu dekat, maka tabrakan tak terhindarkan.

"Diduga sopir bus mengambil haluan terlalu melebar ke kanan pada jalan menikung dan bersamaan ada truk tronton," kata Dwi, Kamis (7/3/2024).

Dwi mengungkapkan, satu orang meninggal dunia yakni sopir truk. Korban telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Abdoer Rahem Situbondo.

Baca juga: Bus Gunung Harta Terguling dan Terseret 20 Meter di Sumenep, 1 Penumpang Kritis

Foto: Kondisi bus saat hendak diderek untuk dievakuasi setelah peristiwa tebrakan di Jalan Pantura Situbondo pada Kamis (7/3/2024).Dokumentasi Polres Situbondo Foto: Kondisi bus saat hendak diderek untuk dievakuasi setelah peristiwa tebrakan di Jalan Pantura Situbondo pada Kamis (7/3/2024).

Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia mengatakan, kebiasaan ngeblong sulit untuk dihilangkan karena pengemudi tidak paham soal bahayanya.

Pengemudi yang terlatih tidak berani melakukan ini karena tahu risikonya," kata Sony kepada Kompas.com, belum lama ini.

Sony mengatakan, ada tiga hal yang bisa setidaknya mengurangi aksi ngeblong dilakukan pengemudi, yakni edukasi, lalu sanksi hukum, dan pengalaman kecelakaan.

Baca juga: Isuzu Pamerkan Bus Sekolah Khusus Difabel, Mulai Digunakan Tahun Ini


"Mereka tidak dapat edukasi, kecuali diskusi sesama pengemudi di pool. Bahkan dianggap culun bila takut-takut ambil langkah bahaya, maka dari itu perlu diadakannya edukasi kepada mereka," kata Sony.

Menurut Sony sanksi untuk kasus kecelakaan masih ringan. Bahkan belum lama ini viral ucapan pengemudi bus yang bilang lebih baik mengorbankan nyawa penumpang mobil kecil daripada penumpang di bus.

"Artinya para pengemudi bus tidak takut dengan hukum," kata Sony.

Kemudian soal pengalaman kecelakaan, Sony menyayangkan sikap para pengemudi yang justru menganggap kecelakaan tersebut cuma karena apes. Seharusnya mereka belajar dari peristiwa tersebut sehingga muncul efek jera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau