Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Unik Bus Perintis DAMRI, Penumpang Bayar Pakai Cabai dan Ikan

Kompas.com - 01/12/2023, 18:01 WIB
Janlika Putri Indah Sari,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Saat kini layanan bus berlomba dalam memberikan pelayanan modern dengan berbagai inovasi canggih untuk pembayaran, namun masih ada layanan bus yang justru masih minim teknologi.

Angkutan perintis DAMRI menjadi salah satu contoh nyata dimana masih ada kendaraan umum dengan fasilitas yang tertinggal di pelosok Indonesia. 

Direktur Utama Perum DAMRI Setia N. Milatia Moemin mengatakan, kendati harga tiket sudah mendapatkan subsidi, namun harga tiket tersebut masih kerap ditawar oleh penumpang angkutan perintis di pedalaman Papua. 

Tidak seperti di perkotaan yang sudah mengenal teknologi QRIS atau pembelian tiket online, masih ada penumpang bus perintis DAMRI di Papua dan Papua Barat yang secara suka rela memberikan hasil perkebunan mereka untuk bisa naik kendaraan umum tersebut.

"Harga tiket bus perintis DAMRI di sana itu sekitar Rp 10.000. Tapi terkadang mereka hanya bisa bayar pakai cabai, jagung atau ikan. Habis mau bagaimana lagi, memang keadaannya mereka tidak punya uang. Tapi angkutan perintis tersebut satu-satunya yang jadi transportasi umum di sana," kata Tya pada acara Diskusi Publik DAMRI Melayani Tiada Henti yang diadakan oleh INSTRAN, Kamis (30/11/2023).

Baca juga: VinFast Sudah Daftarkan Mobil Barunya, Siap Tantang Air ev

Angkutan bus perintis milik DAMRI di PapuaTangkapan layar Diskusi Publik DAMRI Melayani Tiada Henti Angkutan bus perintis milik DAMRI di Papua

Baca juga: VinFast Sudah Daftarkan Mobil Barunya, Siap Tantang Air ev

Tya juga mengatakan, angkutan perintis bisa melayani masyarakat di daerah terisolir seperti di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Sebab  menurutnya banyak kisah yang menarik yang tidak akan pernah dirasakan oleh perusahaan otobus (PO) lainnya.

Misalnya saat kejadian kerusuhan berlangsung, bus DAMRI justru diamankan dari pembakaran. Masyarakat setempat bahkan menolong kru dan mengawal bus untuk masuk ke markas TNI. 

"Kantor-kantor di depan kami di bakar. Mereka justru teriak sambil menunjuk ke kantor dan bus milik kita untuk tidak dirusak dan di bakar. Alasannya sangat sederhana, sebab kalau tidak ada angkutan perintis di sana mereka tidak bisa kemana-mana," kata Tya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com