Bali, KOMPAS.com - Honda Prospect Motor (HPM) menggelar media test drive di Bali pada 16-18 Oktober. Paling menarik dari acara kali ini adalah mencoba varian terbaru pada flagship SUV yaitu CR-V hybrid.
Mengapa menarik? Karena CR-V e:HEV ini merupakan model hibrida pertama yang dijual di Indonesia oleh HPM.
Sebelum mencoba, pihak HPM sedikit memberikan penjelasan seputar teknologi hibrida yang digunakan. Mulai dari tipikal motor listrik hingga fitur 3 mode berkendara.
Baca juga: Honda CR-V e:HEV Lebih Diminati 72 Persen Konsumen
Pada sesi uji coba kali ini Honda memberikan tantangan kepada media untuk berlomba mendapatkan efisiensi bahan bakar untuk CR-V e:HEV yang maksimal.
Rute yang akan dilalui kali ini sejauh 62 km, start dari Canna, Nusa Dua, lalu menuju Tlaga Singha, Gianyar, dan berakhir di pelabuhan Tanjung Benoa. Mobil diisi oleh 3 orang penumpang.
Baca juga: Honda CR-V Generasi Kedua Masih Layak Dibeli
Acara dimulai pukul 13.00 WITA dengan kondisi cuaca sangat panas. Usai start, kami hanya diberi kesempatan merasakan jalan lancar tak lebih dari 4 km saja. Kendati demikian jalan yang tersaji sangat membantu untuk pengisian baterai.
Jalan menurun yang cukup panjang dimanfaatkan untuk mengaktifkan B mode pada tuas persneling. Langkah tersebut bisa membantu proses pengisian baterai hasil deselerasi yang menghasilkan panas dari pengereman guna dikonversi menjadi energi yang disimpan pada baterai.
Selain itu kami juga mencoba tuas decelerator paddle seperti paddle shift yang berada di balik kemudi. Alat tersebut kali ini fungsinya bukan untuk proses naik turun gigi persneling, melainkan mengatur deselerasi. Decelerator paddle shift itu bisa digunakan hingga 4 level.
Gambaran mudahnya, efek B mode dan Decelerator paddle shift tersebut mirip seperti proses engine brake. Jadi laju mobil tertahan karena adanya tekanan pada sistem pengereman.
Proses "menabung" energi pun selesai dan kami harus menghadapi kemacetan yang terbilang parah. Namun hal tersebut bukan jadi halangan karena kebetulan kondisi baterai yang kami miliki cukup untuk mengaktifkan mode listrik selama kemacetan.
Jadi, kami tak perlu mematikan penyejuk ruang kabin, dan layanan in car entertainment, serta bisa melakukan stop and go menggunakan motor listrik atau full elektrik.
Ketika jalan lengang, kami berusaha menjaga kecepatan sesuai dengan kinerja mesin dan motor listrik yang efisien. Kondisi tersebut bisa dipantau melalui panel meter sebelah kiri.
Setelah melalui perjalanan panjang yang menghabiskan waktu 2 jam 39 menit, akhirnya kami sampai di tujuan akhir. Menilik hasil yang tertera pada panel meter, kami membukukan efisiensi BBM 22,6 kpl. Kecepatan rata-rata yang dihasilkan adalah 23 kpj.
Hasil tersebut menjadikan kelompok kami sebagai yang paling efisien. Sedangkan hasil yang diraih peserta paling belakang adalah 14,9 kpl.