Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sarankan Tambah SPKLU di Area Hunian dan Pusat Perbelanjaan

Kompas.com - 15/09/2023, 13:12 WIB
Daafa Alhaqqy Muhammad,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) perlahan mulai meningkat, namun persebarannya dirasa masih kurang merata.

Anugraha ‘Nuki’ Dezmercoledi, Direktur Eksekutif Sekretariat Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) menjelaskan, supaya program elektrifikasi nasional bisa efektif berjalan, harus diterapkan sebuah rumus balancing.

Sesuai namanya, rumus ini berarti menyeimbangkan perbandingan antara jumlah SPKLU, dengan keseluruhan populasi kendaraan listrik, khususnya mobil listrik, yang tersebar di Indonesia.

Baca juga: Aismoli Minta Penjualan Motor Listrik Subsidi Dilanjutkan

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar telah meresmikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN UP 3 Cikupa di Mall Ciputra Citra Raya Panongan, Senin (27/2/2023).Istimewa Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar telah meresmikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN UP 3 Cikupa di Mall Ciputra Citra Raya Panongan, Senin (27/2/2023).

“Untuk referensinya, balancing di Inggris Raya itu 1:10, artinya ada 1 SPKLU buat 10 EV. Singapura lebih mantab lagi, karena dia 1:4,” ucapnya kepada Kompas.com, Rabu (13/9/2023).

Nuki mengatakan, balancing di Indonesia saat ini baru di level sekitar 1:30. Angka tersebut harus segera ditingkatkan untuk mendapatkan optimalisasi.

Selain memperbanyak, meratakan persebaran juga satu poin penting yang harus diperhatikan. SPKLU dirasa kurang optimal jika hanya disebar di area pusat kota saja.

Baca juga: Dukung Pemerintah, Komunitas Motuba Tetap Lakukan Uji Emisi Mandiri

Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) milik PLN, sudah mendukung fast charging CCS-2Kompas.com/Daafa Alhaqqy Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) milik PLN, sudah mendukung fast charging CCS-2

Menurut Nuki, dua lokasi vital yang bisa jadi titik persebaran SPKLU adalah kawasan hunian penduduk seperti kompleks-kompleks perumahan, serta kawasan perbelanjaan seperti mal.

“Kedua lokasi itu kan pasti memiliki area parkir, pasti akan sangat optimal jika 3 persen dari keseluruhan lahan parkir dialokasikan sebagai SPKLU. Selain mendongkrak tingkat balancing, persebarannya juga bisa merata,” ucapnya.

Nuki menambahkan, balancing optimal yang bisa diraih oleh Indonesia dalam waktu dekat adalah sekitar 1:15 atau bahkan 1:10. Pada kondisi ini, ekosistem kendaraan listrik dinilai sudah baik.

Baca juga: Korlantas Buka Peluang Ujian SIM Pakai Motor Listrik

Pengisian daya Wuling Air ev di Wuling Jimbaran Pool. Dok. Wuling Pengisian daya Wuling Air ev di Wuling Jimbaran Pool.

“Artinya kita sudah mengikuti standar Eropa,” ucapnya.

Untuk diketahui, PT PLN (Persero) mengeklaim saat ini sudah menyediakan ratusan unit SPKLU yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia.

Ahmad Syauki, VP Perencanaan dan Pengembangan Produk Niaga PT PLN mengatakan, sampai dengan akhir tahun 2023 pihaknya menargetkan jumlah SPKLU mencapai lebih dari 800 unit. Sejauh ini, jumlah yang tercapai sudah 624 unit.

Baca juga: Fitur Hyundai Bluelink di Ioniq 5 Lebih Lengkap, Cek Apa Kelebihannya

SPKLU produksi PT Indika Energy GroupKompas.com/Daafa Alhaqqy SPKLU produksi PT Indika Energy Group

“SPKLU PLN saat ini sudah 624 unit secara nasional, milik PLN dan mitra-mitra yang terkoneksi dengan sistem PLN,” ujar Syauki.

Dia menambahkan, dari total persebaran SPKLU tersebut, sebanyak 60 - 70 persen berada di area Jabodetabek. Pertimbangannya adalah karena 75 persen populasi kendaraan listrik ada di Jabodetabek.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com