Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pengendara Motor Tidak Paham soal Jaga Jarak

Kompas.com - 09/01/2023, 16:41 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjaga jarak aman harus dilakukan semua pengguna jalan, termasuk pengendara sepeda motor. Sayangnya di Indonesia, masih saja ditemui pengendara yang mepet atau tidak paham jaga jarak.

Memang ada saja maksud dari mepet tadi adalah mau menyalip kendaraan yang ada di depannya. Tetapi, berkendara dengan tidak menjaga jarak yang cukup sebenarnya bisa mencelakai diri sendiri.

Agus Sani, Head of Safety Riding Promotion Wahana mengatakan, penyebab pengendara tidak paham artinya jaga jarak adalah karena belajar secara otodidak.

Baca juga: Penjelasan Pabrikan Motor Lain Tolak Front Ride Height dari Ducati

Sepeda motor Honda CBR B 3810 EEW yang dikendarai oleh DR mengalami kerusakan pada bagian depan dan tengki bensin setelah pengemudi menabrak truk jungkit di Jalan Tomang Raya, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (21/12/2022) sekitar pukul 01.30 WIB.Dok. Satlantas Polres Metro Jakarta Barat Sepeda motor Honda CBR B 3810 EEW yang dikendarai oleh DR mengalami kerusakan pada bagian depan dan tengki bensin setelah pengemudi menabrak truk jungkit di Jalan Tomang Raya, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (21/12/2022) sekitar pukul 01.30 WIB.

"Mereka sudah terbiasa dan kebanyakan belakar otodidak, jadi hanya paham dalam pengoperasian saja, tidak paham cara aman dalam berkendara," ucap Agus kepada Kompas.com, Senin (9/1/2023).

Pengendara yang tidak menjaga jarak aman sangat rawan terlibat tabrakan beruntun. Hal ini dikarenakan tidak ada ruang bagi motor untuk bisa mengerem saat mobil di depannya rem mendadak.

"Jaga jarak aman bagi pengendara motor itu penting. Dengan jarak yang tepat, sesuai dengan kecepatan, maka akan lebih aman saat terjadi pengereman mendadak," kata Agus.

Baca juga: PO Haryanto Langsung Rilis 2 Bus Baru Usai Rian Mahendra Keluar


Selain terlibat tabrakan beruntun, pengendara tidak tahu kondisi lalu lintas di depannya. Jadi bisa saja ada mobil yang 'mengolongi' lubang yang besar dan motor tidak sempat mengerem dan pengendaranya terjatuh.

"Paling parah ya tabrakan beruntun karena bisa melibatkan banyak orang. Selain itu, kita jadi sulit mengantisipasi apabila ada situasi yang mendadak," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com