Surabaya, KOMPAS.com - Perubahan iklim, pemanasan global, hingga krisis cadangan energi berbasis fosil, berpotensi menciptakan disrupsi bagi keseimbangan kehidupan di bumi.
Implementasi transisi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) tentunya punya peranan penting akan transformasi energi yang ramah lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan target netralitas karbon pada 2060 mendatang.
Baca juga: Langkah Bali Menuju Bebas Emisi
Guna mewujudkan langkah tersebut, Toyota coba menggelar rangkaian seminar sebagai sarana edukasi dan aksi nyata sinergi positif triple helix antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk bersama-sama berkolaborasi mewujudkan penurunan emisi karbon di Indonesia.
"Karbon merupakan musuh kita bersama. Tanpa kolaborasi semua sektor, akan sangat sulit untuk mewujudkan target-target Net Zero Emission. Perlu kita garis bawahi bersama bahwa kontribusi sektor energi dalam mengadopsi energi baru terbarukan sangatlah penting untuk mencapai Net Zero Emission. Energi baru terbarukan merupakan bagian integral dan kunci keberhasilan menuju energi bersih dan ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti sumber energi konvensional seperti bahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi sumber energi utama," ujar Nandi Julyanto, Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), dalam sambutannya pada seminar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, (11/10/2022).
Seminar nasional bersama ITS kali ini mengangkat tema “Transisi Energi Baru Terbarukan Menuju Net Zero Emission (NZE) dan Tantangannya.”
Baca juga: Langkah Toyota Indonesia untuk Mengurangi Bebas Emisi
Pemahaman akan pentingnya dukungan penuh kepada pemerintah dalam mewujudkan pengurangan karbon emisi yang nyata tentu membutuhkan partisipasi dan kontribusi aktif seluruh pihak.
Upaya menuju era EBT juga menghadapi tantangan sendiri bagi Indonesia yang memiliki sumber daya yang berlimpah seperti tenaga surya, angin, panas bumi, bio energi, energi laut dan sebagainya dengan karakteristik geografis yang beragam.
Optimalisasi potensi Indonesia yang memiliki sumber EBT, dalam pelaksanaanya juga harus memastikan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan di semua lini kehidupan. Terutama di masa pemulihan ekonomi nasional saat ini.
Baca juga: Menyambut Kehadiran Toyota Innova Hybrid Bulan Depan
Peran akademisi dalam menyampaikan inovasi–inovasi teknologi yang dapat diterapkan dari proses hulu ke hilir oleh industri, menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk memperdalam pemahaman terkait peta jalan EBT di Indonesia.
Salah satunya, di industri otomotif melalui Life Cycle Assesment (LCA) yang dapat menjadi bentuk kontribusi nyata terhadap pengurangan karbon emisi di Indonesia.
Melalui transformasi industri otomotif, Toyota Indonesia hadir dengan pendekatan Multi-pathway yaitu sinergi ragam teknologi kendaraan elektrifikasi dan pemanfaatan energi rendah emisi seperti biofuel, ethanol dan hydogren, serta optimalisasi implementasi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam proses manufaktur yang lebih ramah lingkungan.
“Transisi menuju energi baru terbarukan memegang peran penting dalam menjaga ketersediaan energi dan lingkungan yang lebih hijau untuk generasi di masa yang akan datang. Kami meyakini bahwa netralitas karbon merupakan suatu keniscayaan. Harapannya kita bersama-sama menyikapi perubahan yang tidak bisa dielakkan sebagai kesempatan yang baik untuk mengoptimalkan pertumbuhan bangsa Indonesia,” ungkap Bob Azam Direktur Hubungan Eksternal PT TMMIN dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: Permintaan Berkembang, Inden Mobil Hybrid Toyota Inden 2-3 Bulan
Pada kesempatan seminar kali ini akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama menghadirkan 4 pembicara yang akan membawakan beragam topik pembahasan.
Pembicara Seminar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Taufik Bawazier membuka seminar dengan mengangkat materi mengenai energi hijau untuk industri otomotif yang berkelanjutan perspektif life cycle otomotif.
Selanjutnya, Co-Founder & Direktur Indonesia Research Institute for Decarbonization, Paul Butarbutar, memaparkan kaitan dari sistem ekonomi rendah karbon dengan transisi EBT serta implikasi pada umumnya ke sektor industri manufaktur dan otomotif pada khususnya.
Pembicara dari ITS, Prof. Ir. Joni Hermana M.Sc.ES., Ph. D menjelaskan pengaruh energi terbarukan ke lingkungan dan perspektif akademi dalam tantangan kesempatan untuk konsep transisi EBT.
Paparan detail mengenai peran otomotif industri untuk transisi EBT menuju NZE di Indonesia disampaikan oleh representatif Toyota Indonesia Yoshiaki Ishimoto Vice President Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing.
Direktur PLN Wiluyo Kusdwiharto memberikan detail informasi mengenai strategi PLN untuk transisi EBT menuju NZE.
Presdir PT Pertamina Gas (Pertagas) Ir. Gamal Imam Santoso memberikan peta jalan dan strategi energi transisi di Pertagas untuk netralitas karbon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.