JAKARTA, KOMPAS.com – Era kendaraan listrik kian dipercepat oleh pemerintah Indonesia dengan berbagai program dan juga infrastruktur.
Salah satu program yang tengah dirancang ialah sistem penukaran atau swap baterai kendaraan listrik di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Baca juga: 4 Hal yang Wajib Dilakukan Usai Skutik Lolos Menerjang Banjir
Inovasi swap baterai diharapkan tidak hanya untuk mempercepat langkah dalam menyambut era kendaraan listrik saja, namun sistem ini akan membuat limbah baterai tersentralisasi di sisi operator yang mana tidak lagi tercecer di masyarakat.
Iwa Garniwa, Rektor Institut Teknologi PLN mengatakan jika swap baterai tidak bisa menjadi solusi konkret untuk mengatasi limbah baterai kendaraan listrik.
“Baterai swap, non swap atau charging tidak bisa mempengaruhi ke dampak limbahnya. Yang mempengaruhi itu pemakaian jumlah kendaraan atau populasinya,” kata Iwa kepada Kompas.com, Jumat (7/10/2022).
Iwa menyebutkan, jika baterai kendaraan listrik tergantung dari cara pemakaian. Pemakaian baterai yang sama atau tanpa swap bisa mencapai berumur enam tahun hingga sepuluh tahun. Baterai yang tidak bisa lagi dipakai tersebut kemudian menjadi limbah.
Maka dari itu, menurut Iwa swap baterai dan juga solusi limbah masih seperti opini yang belum ada penjelasan ilmiah.
Baca juga: Honda Jazz di Jepang Dibekali Mesin yang Lebih Bertenaga
“Hal tersebut karena jika secara mata rantai limbah tersebut mau diapakan masih belum dijelaskan oleh pihak pengelola baterai. Misalnya mau di reuse atau recycle,” kata Iwa.
Kendati demikian, swap baterai merupakan solusi agar kendaraan mudah atau dengan cepat mendapatkan energi listrik.
“Karena kalau charging atau ngecas itu butuh waktu lama. Saat ini teknologi yang charging cepat baru bisa untuk motor sehingga kalau charging minimal harus berjam-jam tidak efektif. Makanya digagas dengan swap yang mana ditukar baterai dengan daya yang sudah terisi penuh,” kata Iwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.