Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swap Baterai Kendaraan Listrik Bukan Solusi Atasi Limbah

Kompas.com - 07/10/2022, 18:41 WIB
Janlika Putri Indah Sari,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Era kendaraan listrik kian dipercepat oleh pemerintah Indonesia dengan berbagai program dan juga infrastruktur.

Salah satu program yang tengah dirancang ialah sistem penukaran atau swap baterai kendaraan listrik di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).

Baca juga: 4 Hal yang Wajib Dilakukan Usai Skutik Lolos Menerjang Banjir

Inovasi swap baterai diharapkan tidak hanya untuk mempercepat langkah dalam menyambut era kendaraan listrik saja, namun sistem ini akan membuat limbah baterai tersentralisasi di sisi operator yang mana tidak lagi tercecer di masyarakat.

Iwa Garniwa, Rektor Institut Teknologi PLN mengatakan jika swap baterai tidak bisa menjadi solusi konkret untuk mengatasi limbah baterai kendaraan listrik.

Baca juga: Insien Penumpang Merokok di Kabin Pesawat, Garuda Indonesia Tindak Tegas


“Baterai swap, non swap atau charging tidak bisa mempengaruhi ke dampak limbahnya. Yang mempengaruhi itu pemakaian jumlah kendaraan atau populasinya,” kata Iwa kepada Kompas.com, Jumat (7/10/2022).

Iwa menyebutkan, jika baterai kendaraan listrik tergantung dari cara pemakaian. Pemakaian baterai yang sama atau tanpa swap bisa mencapai berumur enam tahun hingga sepuluh tahun. Baterai yang tidak bisa lagi dipakai tersebut kemudian menjadi limbah.


“Limbah itu otomatis akan ada pihak yang berperan menjadi penampung, sehingga tidak serta merta dari si pengelola baterai swap itu,” kata Iwa.

Maka dari itu, menurut Iwa swap baterai dan juga solusi limbah masih seperti opini yang belum ada penjelasan ilmiah.

Baca juga: Honda Jazz di Jepang Dibekali Mesin yang Lebih Bertenaga

“Hal tersebut karena jika secara mata rantai limbah tersebut mau diapakan masih belum dijelaskan oleh pihak pengelola baterai. Misalnya mau di reuse atau recycle,” kata Iwa.

Kendati demikian, swap baterai merupakan solusi agar kendaraan mudah atau dengan cepat mendapatkan energi listrik.

“Karena kalau charging atau ngecas itu butuh waktu lama. Saat ini teknologi yang charging cepat baru bisa untuk motor sehingga kalau charging minimal harus berjam-jam tidak efektif. Makanya digagas dengan swap yang mana ditukar baterai dengan daya yang sudah terisi penuh,” kata Iwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
coba pemerintah bisa kasi keterangan yg jelas antara pemakaian energi listrik (baterai) u/ kendaraan dan yg pakai bbm yg mn polusi/limbahnya yg lebih aman buat jangka panjang.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
[FULL] Kapolri soal Pantauan Arus Mudik Lebaran 2025: Fatalitas dan Keamanan Lebih Baik dari Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau