Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Peredam Kejut Lemah Bisa Bikin Boros BBM?

Kompas.com - 10/08/2022, 19:31 WIB
Erwin Setiawan,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peredam kejut atau shock absorber, merupakan komponen yang menunjang kenyamanan berkendara mobil. Komponen ini tergabung dalam pegas yang merupakan tumpuan utama pada masing-masing roda.

Dengan demikian, peredam kejut jadi komponen utama meredam benturan dari permukaan jalan yang terkena roda. Karena itu, bila fungsinya tak bagus maka bisa mempengaruhi kenyamanan.

Namun banyak orang beranggapan peredaman yang tidak bagus juga bisa membuat konsumsi bahan bakar lebih boros.

Anggapan ini bermula ketika menyaksikan kendaraan limbung pada kecepatan tinggi atau di jalan tol.

Baca juga: Kenali Tanda-tanda Peredam Kejut Mobil Minta Ganti

Aman Berkendara Saat Musim HujanVKOOL Aman Berkendara Saat Musim Hujan

Keadaan limbung tersebut terkesan membuat roda mengalami sedikit terangkat, sehingga permukaan ban tak menapak sempurna yang membuat gaya gesek berkurang. Hal tersebut tentu saja berpeluang membuat selip atau terjadi hilang daya.

Dari hilangnya daya itu lah, banyak orang beranggapan konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. Lantas, apakah benar anggapan tersebut?

Foreman Nissan Bintaro Ibrohim, mengatakan hal itu bisa saja terjadi, tapi perhitungannya sangat kecil karena pada saat kecepatan tinggi memang membutuhkan konsumsi bahan bakar yang banyak.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Pasang Spoiler Mobil Bisa Lebih Irit BBM?

Lomba adu irit DFSK Super Cab di SurabayaDFSK Lomba adu irit DFSK Super Cab di Surabaya

“Bisa aja, tapi sangat kecil, seharusnya faktor yang mendukung iritnya BBM sangat banyak mulai dari mesin, sasis, suspensi, bobot kendaraan dan beban penumpang, gaya pengemudian dan lain-lain,” ucap Ibrohim kepada Kompas.com, Rabu (10/8/2022).

Ibrohim mengatakan, peredam kejut yang terlalu lemah atau keras, mestinya mempengaruhi kestabilan mobil, apalagi saat kendaraan dalam kecepatan tinggi, seharusnya lebih pas jika dikaitkan dengan kestabilan kendaraan.

“Bukan kah kecepatan ekonomis tidak mungkin juga di dapat pada kecepatan tinggi? sebab saat itu hambatan udara sudah tinggi, seharusnya kalau mau irit BBM fokus aja pada kecepatan ekonomis, yaitu dibawah 100 kpj,” ucap Ibrohim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau