SEMARANG, KOMPAS.com - Dengan teknologi mesin injeksi, semua sistem terintegrasi pada perangkat ECU. Hasilnya, output tenaga mesin diklaim lebih maksimal.
Tak hanya itu, efisiensi pemakaian bahan bakar juga lebih irit, yang otomatis membuat emisi gas buang lebih rendah bila dibanding motor konvensional yang menggunakan karburator.
Menurut Kepala Bengkel Yamaha Mataram Sakti Motor Setyabudi Hari Santoso, motor injeksi telah dilengkapi sensor O2. Tugasnya, mengoreksi gas buang knalpot yang dikontrol oleh ECU.
"Pasti lebih baik, karena memiliki sensor O2. Sensor ini akan membaca gas buang knalpot, jika output tidak sesuai akan disesuaikan ulang oleh sistem ECU," katanya kepada Kompas.com, Kamis (7/7/2022).
Baca juga: Benar atau Tidak, Motor Injeksi Tak Boleh Sampai Kehabisan Bensin?
Hari mengatakan, kualitas pemakaian bahan bakar yang sesuai nilai rekomendasi pabrikan juga sangat membantu dalam mengurangi pencemaran gas karbon monoksida.
"BBM oktan rendah selain berisiko menimbulkan knocking pada mesin, sisa gas buang bila diuji emisi kandungan CO2 melebihi ambang batas normal," ucapnya.
Masalah emisi gas buang yang tinggi, menurut Hari disebabkan dari malfungsinya O2 sensor pada catalytic converter.
"Problem O2 sensor rusak tidak bisa mengkalkulasi kadar emisi CO2," ujar Hari.
Baca juga: Tanpa Lulus Uji Emisi, Jangan Harap Kendaraan Bisa Perpanjang STNK
Hal yang sama juga diungkap Kepala Bengkel Nusantara Sakti Penggaron Rofiudin. Dia menyebut, nilai kadar oksigen tidak boleh melebihi batas maksimal untuk dapat lulus pada uji emisi.
"Biasanya komponen jalur exhaust dari O2 sensor dan catalytic converter sedikit tersumbat. Sehingga tidak efektif dalam mengatur jumlah pembuangan gas berupa oksigen ini," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.