JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPTJ) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit mengatakan, peredaran truk Over Load Over Dimension (ODOL) sampai saat ini masih menjadi salah satu sumber kerugian negara.
Kondisi tersebut karena setiap tahunnya, negara harus melakukan perbaikan permukaan jalan tol yang rusak karena ODOL dengan estimasi biaya sebesar Rp 1 triliun.
"Kendaraan yang mutan lebih dan dimensi lebih sudah menjadi biaya yang sangat besar. Kalau di Bina Marga itu Rp 43 triliun per tahun untuk biaya belanja jalan, kalau di jalan tol perkiraan kami itu, at least coservative numbers kita Rp 1 triliun per tahun," ucap Danang, dalam Webinar Infrastruktur untuk Indonesia, Rabu (2/3/2022).
Baca juga: Belajar dari Kejadian Sopir Truk Dianiaya, Jaga Emosi dan Fokus Mengemudi
Untuk mengatasi hal itu, bersama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Danang mengatakan sudah ada beberapa langkah-langkah penanganan untuk mengatasi masalah ODOL khususnya di jalan tol.
Salah satu penanganan pengendalian kendaraan ODOL yang sudah di uji cobakan adalah dengan menggunakan teknologi Weigh in Motion (WIM) di ruas Jalan Tol Tanggerang-Merak.
Tak sekadar bisa menimbang bobot kendaraan tanpa perlu berhenti saja, tapi WIM tadi juga bisa mengukur kendaraan yang kelebihan dimensi karena dilengkapi dengan dimension scanner.
Baca juga: Masih Banyak yang Belum Paham Risiko Truk ODOL Dipaksa Beroperasi
"Ada dua teknologi yang kita terapkan dan mudah-mudahan tahun ini sudah bisa diterinstalasi dengan baik, sehingga 2023 bisa beroperasi penuh. Pertama itu kita punya dimension scanner dan jembatan timbang berjalan, jadi kendaraan tak perlu dihentikan lagi," ucap Danang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.