JAKARTA, KOMPAS.com - Micro sleep atau highway hypnosis menjadi salah satu fenomena yang biasa dialami pengemudi saat berkendara jarak jauh dalam durasi yang cukup lama.
Statisnya pemandangan lurus selama di jalan tol dapat menciptakan kondisi pengemudi menjadi jenuh dan letih, mengakibatkan pengemudi tertidur selama sepersekian detik. Hal ini bisa terjadi pada pengemudi manapun, bahkan mereka yang kualitas tidurnya baik sekalipun.
Namun selain micro sleep, ada penyakit lain yang sama berbahaya, yaitu Automatic Behavior Syndrome (ABS). Fenomena yang terjadi karena pengemudi berkendara tanpa diselingi waktu istirahat.
Baca juga: Waspada Microsleep Saat Road Trip Libur Akhir Tahun
Gejala yang dialami serupa. Tapi, berbeda dengan micro sleep yang terjadi akibat kejenuhan rutinitas berkendara, ABS terjadi akibat kelelahan.
Selain kelelahan secara fisik, kelelahan secara mental atau keadaan stres juga dapat turut memperparah fenomena ABS ini.
Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDCC) Jusri Pulubuhu mengatakan, ABS bisa dialami oleh orang-orang yang kurang istirahat atau memiliki penyakit dalam saat mengemudi.
"Orang-orang ini (yang kurang istirahat, memiliki penyakit dalam) akan mudah mengalami keletihan. Oleh karena itu, disarankan setiap dua jam dalam perjalanan panjang, berhenti untuk beristirahat," kata Jusri pada Kompas.com, Senin (3/1/2022).
Baca juga: Mendengarkan Musik Sambil Mengemudi Bukan Obat Mengantuk
Istirahat yang dilakukan oleh pengemudi juga bukannya tanpa aturan. Misal, istirahat tanpa gerak badan atau stretching. Jusri mengatakan, perlu ada gerak badan agar pengemudi tetap bugar.
"Istirahat pertama itu cukup dengan stretching, gerakan badan, 15 menit," ujar Jusri.
Selain itu, pengemudi juga disarankan melakukan power nap, atau tidur singkat selama 15 hingga 30 menit. Namun yang terpenting, pengemudi harus tidur yang cukup sebelum melakukan perjalanan panjang.
"Pastikan kalau perjalanan panjang, itu tidur minimal delapan jam," kata dia.
Senada dengan Jusri, Child & Family Psycholog Anna Surti Ariani mengatakan bahwa perlu ada kesiapan fisik dan psikis yang sehat sebelum ketika akan berkendara jarak jauh.
"Fisik yang sehat itu akan menjadi pondasi untuk kondisi psikologis yang lebih stabil," ujar Nina pada Kompas.com, belum lama ini.
Kemudian, pada akhirnya kesiapan fisik dan emosional hanya bisa diperoleh dengan istirahat yang cukup sebelum dan selama melakukan perjalanan.
Dengan kondisi fisik dan psikis yang baik serta menyelingi perjalanan dengan istirahat berkala, harapannya fenomena ABS ini bisa diantisipasi dengan lebih baik.
"Persiapan fisik itu artinya ya tidur kita cukup, makannya juga cukup. Terus setiap empat jam, kan biasanya diminta untuk istirahat. Pokoknya berhenti dulu, gantian nyetir," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.