JAKARTA, KOMPAS.com – Bus antar kota antar provinsi (AKAP) biasanya memiliki trayek dengan jarak tempuh yang relatif jauh. Oleh karena itu, di tengah perjalanan pasti ada kalanya bus mengisi bahan bakar.
Dalam istilah bus, ada yang dinamakan dengan solar jatah dan solar cor. Kedua istilah ini merupakan bagaimana cara perusahaan memberikan ongkos untuk bahan bakar bus saat beroperasi.
Pemilik Perusahaan Otobus (PO) Sumber Alam Anthony Steven Hambali mengatakan, solar jatah biasanya sudah dijatah berapa ongkos untuk isi bahan bakar saat bus beroperasi.
Baca juga: Pilihan Mobil Bekas Rp 70 Jutaan, Ada Yaris, Avanza sampai CR-V
“Solar jatah artinya itu borongan. Kalau sopirnya bisa irit, dia dapat jatah solarnya. Begitu juga sebaliknya, jika boros melebih jatah, sopir harus tombok,” ucap Anthony kepada Kompas.com, Minggu (18/10/2020).
Sedangkan solar cor, artinya berapapun habisnya solar yang digunakan saat mengisi bahan bakar, nanti akan diganti oleh perusahaan. Perbedaan bagaimana pemberian ongkos bahan bakar ini juga jadi berpengaruh pada operasional bus tersebut.
“Biasanya bus yang lewat jalur Pantura yang memakai sistem solar cor. Memang bisa lebih cepat karena sopirnya ngebut,” kata Anthony.
Baca juga: Baru Meluncur, Kijang Innova Facelift Sudah Diskon Belasan Juta Rupiah
Selain itu, kalau pakai solar cor juga kadang ketika bus parkir, mesin tetap dinyalakan agar kru merasa adem di kabinnya. Berbeda dengan solar jatah, daripada tombok, sopir jadi lebih memerhatikan cara mengemudinya agar bisa hemat.
Jadi pengemudi lebih konstan kecepatannya dan tidak ugal-ugalan di jalan. Karena akselerasi dan deselerasi yang spontan bisa membuat bahan bakar lebih cepat habis, sehingga sopir tidak dapat uang tambahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.