JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan produsen otomotif untuk hengkang dari pasar kendaraan bermotor Indonesia berdampak pada harga jual kembali produk-produk yang telah dipasarkannya.
Sebab, langkah strategis tersebut membuat konsumen ragu untuk menggarasikan mobil lantaran hilangnya daya dukung aftersales pabrikan untuk menyediakan beragam komponen yang dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu.
Belum lagi pasar otomotif Indonesia amat dinamis sehingga tiap tahun selalu ada produk baru yang masuk dan turut meramaikan pasar mobil bekas.
Baca juga: Ini 7 Merek Mobil yang Sudah Hengkang dari Indonesia
"Sebagai contoh Chevrolet, meski menawarkan sejumlah kelebihan, mobil ini harus rela harga bekasnya anjlok. Konsumen tidak ingin ambil risiko karena APM-nya sudah tidak ada," kata Herjanto Kosasih, Manager Senior Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua kepada Kompas.com.
"Yah, mereka ini memikirkan servisnya bagaimana, ketersediaan spare part, dan resale value-nya nanti saat dijual kembali pasti akan sangat anjlok. Mungkin komponen bisa beli di luar atau online, tapi siapa yang bisa jamin kualitasnya? Konsumen pasti beralih ke model lain,” lanjutnya.
Pada kesempatan sama, Herjanto menyatakan bahwa harga mobil Ford dan Chevrolet mengalami depresiasi paling besar diantara beberapa produk yang ada di pasaran.
"Kalau untuk mobil Jepang seperti Datsun atau Honda Freed yang sudah tak diproduksi lagi, turunnya 15 sampai 25 persen. Tapi Ford dan Chevrolet bisa 20 sampai 30 persen tergantung kondisi mobil," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.